Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Kemah Tabor Mataloko, Menerawang La Masia, hingga Piala Dunia Rusia

23 Juni 2018   12:28 Diperbarui: 23 Juni 2018   12:45 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)

Suasana sore hari di halaman Kapela Seminar Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Suasana sore hari di halaman Kapela Seminar Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Tiba di Mangulewa. Saya turun untuk memberi pria dan rombongannya turun. Saya membalik pandangan ke arah pria itu. Saya mendadak diam. Merasa berdosa. Menyesal dengan omelan yang membatin sepanjang jalan. Ternyata pria itu memiliki keterbatasan penglihatan. Berjalan dibantu oleh tongkat yang terbuat dari sebatang kayu seukuran jempol kaki orang dewasa. Itupun ia harus dituntun.

Kadang kala kita terlalu cepat memvonis orang lain dengan RASA dan PIKIRAN kita sendiri tanpa melihat FAKTA orang tersebut seperti apa.

"Maafkan Bapak, saya tak tahu dengan apa yang terjadi pada bapak. Kini, aku paham mengapa bapak tak memberi tempat untuk saya." Saya membathin.

Sopir tarik gas. Saya beritahu sopir turun di Mataloko tanpa menyebutkan tempat secara spesifik seperti seminari atau pasar. Sebelum Seminari Mataloko, angkutan ini belok kanan menuju Were, Doka, dan entah kampung apa lagi. Saya tak terlalu kuasai.

"Nanti turun dimana?" Tanya sopir.

"Seminari."

"Kalau tadi diberitahu, saya antar dulu pak ke seminari."

"Tak apa-apa, Pak. Toh, saya akan tiba juga."

Saya turun di depan gerbang seminari atau tepat di depan gerbang masuk Kemah Tabor yang berada di seberang. Seminari adalah lembaga pendidikan calon imam Katolik tingkat menengah sebelum mreka melanjutkan pendidikan ke seminari tinggi -- belajar filsafat dan teologi. Belakangan ini kompleks ini menjadi salah satu destinasi wisata. Viral di media sosial. Dulu orang melihat seminari atau Kemah Tabor biasa-biasa. Media sosial mengubah segala-galanya. Ada saja sesuatu yang unik di mata netizen. Tempat ini menjadi spot wisata yang instragramable. Tak heran, banyak kendaraan yang berhenti  sekedar berfoto sebelum melanjutkan perjalanan.

Pelataran Kapela Seminari St. Yohanes Berechmans Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Pelataran Kapela Seminari St. Yohanes Berechmans Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Kemah Tabor dan Seminari Mataloko merupakan satu kesatuan. Saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Kemah Tabor ini. Yang saya tahu rumah ini menjadi tempat retret -- tempat menyepi dan merefleksi perorangan atau kelompok. Bukan soal aktvitas di Kemah Tabor yang mau diulas dalam tulisan ini melainkan arstitektur bangunannya yang unik. Arsitektur bangunan macam ini jarang dijumpai dimanapun di Flores, kecuali di Mataloko ini. Gaya arsitektur merupakan pengaruh Eropa. Hal ini dimaklumi. Tak terlepas dari pengaruh misionaris asal Eropa kala itu. Sehingga berada di tempat ini, anda seolah-olah sedang berada di salah satu sudut bangunan di Eropa. Didukung dengan pohon cemara. Rerumputan yang hijau sepanjang musim. Plus taman yang terawat dan ditatah rapih serta  dilatari kabut tipis dan dingin yang menyengat.

Memang berbicara Kemah Tabor tak terpisahkan dengan Seminari Mataloko itu sendiri. Tanpa seminari tak akan ada Kemah Tabor. Tak serta merta sebaliknya. Tanpa Kemah Tabor tak akan ada seminari. Tidak! Kemah Tabor itu sendiri bagian dari grand design seminari itu sendiri. Ketika berada di tempat ini, pikiran saya berjalan ke beberapa dekade lampau. Awal dan sesudah tempat ini dipilih sebagai kompleks 'pembibitan' panggilan -- para imam Katolik. Para misionaris yang merintis dan mendirikan tempat ini. Tak terbayangkan betapa sulitnya saat itu. Tak terbayangkan pula betapa brilian gagasan ini. Pernahkah mereka membayangkan tempat ini menjadi spot yang instagramable? Entahlah! Yang pasti mereka selalu berpikir seribu tahun ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun