Mohon tunggu...
Kaiv
Kaiv Mohon Tunggu... Hoteliers - Hospitality Squad

Blogging

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Qua Vadis Polemik Hisab dan Ru'yat

24 April 2023   19:34 Diperbarui: 24 April 2023   19:36 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Idul Fithri 1444 H telah berlalu, namun tetapmenyisakan cerita dan polemik  klasik.
Salah satu polemik  mencolok  yang sering terjadi  dalam konteks beragama di Indonesia adalah soal penentuan penanggalan hijriah yang berhubungan dengan awal penentuan puasa dan 1 syawal.

Sistem penanggalan hijriah memang berbeda dengan penanggalan masehi yang mengacu pada sistem perputaran matahari, karena itu disebut taun syamsiah. Sedangkan sistem penanggalan tahun hijriah mengacu kepada sistem perputaran atau siklus bulan ,maka sering disebut tahun qomariah. 

Rotasi bulan mengelilingi bumi memerlukan waktu sekitar 27 hari pada orbitnya. Sedangkan untuk pergantian bulan baru memerlukan waktu 29,5 hari. Maka dalam penanggalan hijriah jumlah satu bulan berada pada kisaran 29 hingga 30 hari.

Begitu krusialnya eksistensi bulan baru, hal inilah yang menjadi subyek  perbedaan metodologi dalam menentukan awal bulan baruyang sering disebut dengan istilah hilal

Ada dua ormas besar di Indonesia yang memang memiliki perbedaan metode penentuan hilal. Ada yang mengacu kepada metode ru'yat  dan ada yang berdasarkan hisab.



1. Ru'yat.

Secara etimologi kata ru'yat berasal dari akar kata  ra'a-yaro-ru'yatan yang jika diartikan adalah melihat,memandang dengan  mata. Apa yang dilihat? Tidak lai adalah wujudul hilal atau keberadaan bulan kecil diatas ufuk yang menandai bulan baru.   Para pakar astronomi mengatakan jika posisi hilal yang aman  dan memenuhi kriteria harus lah berada pada posisi 3  derajat di atas ufuk.  Kenapa harus 3 derajat? Karena menurut para ahli  kekuatan cahaya bulan  yang masih di bawah 3 derajat akan kalah oleh cahaya mega (syafaq) sehingga kemungkinan sulit di amati.

Kelompok yang berpegang teguh dengan metode pengamatan hilal  (ru'yatul hilal) dalam menentukan awal puasa dan akhir puasa meurujuk kepada Alquran Surat Albaqarah :185 ,"   Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya)  di bulan itu, maka hendaklah ia  berpuasa di bulan itu.

Kemudian diperkuat dengan hadist rasulullah SAW yang berbunyi" Apabila bulan telah masuk ke dua puluh sembilan malam (dari bulan Syaban),maka jangan lah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung,sempurnakanlah bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari. (HR Bukhari No 1907 dan Muslim no 1080 dari Abdullah bin Umar)

Orang-orang yang diyakini beritanya tentang  melihat hilal adalah orang yang dapat dipercaya .Menurut para ulama,jika seorang yang adl atau shalih melihat hilal,majka beritanya diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun