Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Tanpa Pengalaman Internasional Tak Berarti Pemalas

20 Juni 2021   00:47 Diperbarui: 20 Juni 2021   01:15 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya membaca sebuah postingan seorang dosen yang viral tentang mahasiswa yang ingin cepat lulus. Lalu dosen tersebut menanyakan perihal pengalaman mahasiswa selama masih kuliah. Mulai dari magang,international exposure, summer program, exchange, double degree, konferensi di luar negeri dan skor TOEFL.

Sebagai mantan mahasiswa saya akui bahwa era digital ini membuat berbagai informasi mudah diterima. Di satu sisi saya sepakat dengan dosen tersebut, menjadi mahasiswa seharusnya memaksimalkan fasilitas dan potensi yang dimiliki. Informasi bisa diakses dengan mudah dan program bertebaran dimana-mana. Bagi mahasiswa yang mampu, seharusnya program tersebut bisa dengan mudah diikuti. 

Namun di sisi lain saya kurang setuju, karena hal tersebut juga membuat stigma orang tentang mahasiswa yang tak memiliki pengalaman tersebut menjadi mahasiswa yang tidak mau berusaha. Untuk menilai seorang mahasiswa atau fresh graduate kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang, tak hanya dari segi pengalaman internasional saja.

Misalnya mahasiswa kimia atau eksak yang praktikumnya wajib seminggu tiga kali. Alhasil mahasiswa tak ada kesempatan untuk mengikuti berbagai program kecuali libur atau sudah semester atas. Konferensi dan paper juga tidak mudah, saya sendiri selama kuliah sudah berkali-kali mencoba tapi tak ada yang lolos. Kurang usaha? Bisa jadi. 

Tapi selama kuliah saya juga harus bekerja mengajar les untuk biaya makan, kuliah dari beasiswa dengan tuntutan IPK bagus dan lulus dalam waktu 4 tahun, juga mengajar TPA. Jika saya tidak lulus dalam waktu 4 tahun maka saya harus membayar sendiri biaya kuliah saya. 

Programcall for paper juga tak mudah, banyak yang berbayar. Dan sebagai mahasiswa yang untuk makan saja susah, saya harus cari program gratisan. Teman saya ada yang membuat paper semacam itu, awalnya ia sering gagal lolos. Namun di tahun ke 6 ia berhasil dan mulai sering ikut konferensi di luar negeri. 

Artinya ia harus menggunakan waktu selama kuliah untuk berlatih menulis paperdan melakukan penelitian, setelahnya ia baru berhasil. Tentu saja ada orang yang diberkahi dengan kecerdasan yang luar biasa. Sekali coba langsung berhasil, namun tak semua orang memiliki kelebihan yang sama. 

Saya sendiri termasuk yang tak serta merta lolos seleksi, namun saya juga tak punya waktu dan uang untuk menunda kelulusan. Saya juga melihat banyak teman saya yang selama kuliah sibuk bekerja. Memang betul mereka tidak memiliki pengalaman di bidang akademik, tapi saya yakin mereka memiliki pengalaman dalam hidup. 

Tak semua orang lahir di keluarga berkecukupan yang tak perlu memikirkan kondisi keuangan keluarga dan hanya perlu fokus kuliah. Tak semua juga yang tidak menonjol di dunia akademik berarti tak punya pengalaman hidup.

Pengalaman dunia akademik tak semua gratis, minimal untuk ke luar negeri yang biayanya gratis harus punya paspor. Bagi orang kecil, membuat paspor tak semudah itu. Membayangkan saja sudah membuat perut mual-mual.

Saya telah bertemu banyak orang, ada yang betul-betul bekerja keras hingga ia berhasil ke Harvard denga kondisi ekonomi sulit. Namun hal itu tak luput juga dengan kesempatan yang ia peroleh. Saat SMA ia mendapat kesempatan pertukaran pelajar ke Amerika. Ia pun sudah tergabung dalam komunitas Internasional, sehingga ia bisa ikut kegiatan luar negeri atas nama komunitasnya. 

Namun tak semua orang mendapat kesempatan untuk ikut pertukaran pelajar secara gratis. Mereka harus ikut seleksi ketat dengan berbagai pengalaman. Sekali lagi, bahkan prestasi akademik pun bergantung pada kesempatan. Ada orang yang sebenarnya mampu, namun keadaan seringkali tak mendukung. Kondisi ekonomi dan dukungan keluarga juga merupakan hal penting.

Artinya apa? Tak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Tak semua orang bisa berhasil memperjuangkan prestasi dan pengalaman akademik. Bukan karena mereka tak mau, namun karena mereka tak mendapat kesempatan.

Kita tak bisa menilai seseorang hanya dengan melihat pengalamannya saja. Oh tentu saja harus dinilai karena itu berpengaruh pada CV untuk melamar kerja. Permasalahannya kenapa harus dinilai dari CV. Tujuan akademik dan belajar tak hanya melulu untuk menjadi karyawan. Okelah sebagai dosen harus mengarahkan sesuai jurusan, tapi seseorang bisa membuka usaha dan perusahaan di bidang apa pun lalu menggunakan ilmu kuliah untuk mengerjakan bidang tertentu. 

Misalkan seorang sarjana akuntan, ia bisa mendirikan perusahaan fashion. Lalu untuk akuntasi bisa diambil alih olehnya. Saya sendiri setelah lulus tak memiliki pengalaman akademik karena tak pernah lolos. Lalu setelah lulus saya mendirikan bimbel, saya langsung mendapat penghasilan, tidak menganggur, dan tak perlu melamar kerja. 

Pengalaman hidup mungkin tak sekeren pengalaman akademik, namun ia mengajarkan kita tentang kehidupan, menghadapi dunia yang cukup kejam. Menikmati makan hasil keringat sendiri sejak kuliah, bukan hanya fokus pada akademik karena terjamin fasilitasnya. 

Kita juga bisa melihat bahwa dunia akademik pada akhirnya bermanfaat pada dunia akademik itu sendiri. Berapa banyak jurnal telah terbit namun berakhir di kumpulan jurnal. Ketika kuliah, penelitan tentang kantong dari umbi sudah banyak sekali dilakukan. Namun tak ada yang sanggup mewujudkannya menjadi produk karena memerlukan modal yang besar. 

Pada akhirnya orang yang punya modal lah yang bisa mewujudkannya, tak harus yang berprestasi akademik. Bahkan jika kita memiliki banyak sekali hasil penelitian, jika tak punya modal dan sponsor, hasil penelitian itu tidak akan terealisasi. Jadi, tak melulu menjadi orang berprestasi itu bisa memberi dampak besar, boleh jadi orang yang memiliki banyak modal yang bisa berdampak bagi masyarakat. 

Namun intinya, kita boleh memotivasi orang, tapi jangan sampai memandang remeh orang lain. Kita tak tahu bagaimana kehidupannya, apa yang dia perjuangkan, dan penderitaan apa yang dia rasakan. Kita memiliki pengalaman bagus, bukan berarti bisa juga terjadi pada orang lain. Kita hanya diberkahi Tuhan, kita tak pernah bisa menciptakan kesempatan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun