Mohon tunggu...
azzahranabila
azzahranabila Mohon Tunggu... mahasiswi

Saya adalah mahasiswa teknik informatika yang suka belajar dan membuat artikel sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rekayasa Perangkat Lunak Tidak Sama dengan Teknik Tradisonal - Saatnya Kita Akui dan Adaptasi

19 April 2025   10:24 Diperbarui: 19 April 2025   10:24 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dalam ranah rekayasa perangkat lunak (RPL), kita kerap kali terjebak dalam asumsi bahwa pendekatan dan prinsip-prinsip dari teknik tradisional seperti teknik sipil atau teknik mesin bisa secara langsung diterapkan dalam pengembangan perangkat lunak. Padahal, perangkat lunak adalah entitas yang sangat berbeda fleksibel, cepat berubah, dan sangat bergantung pada konteks penggunaan. Artikel "Software Engineering Methods in Other Engineering Disciplines" oleh Gray dan Rumpe (2018) secara cerdas membongkar mitos ini dan menawarkan perspektif segar mengenai posisi unik RPL di antara disiplin teknik lainnya. Sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia RPL sekaligus penulis opini, saya percaya inilah saatnya komunitas teknik---baik akademisi maupun praktisi mengakui perbedaan ini dan mengadaptasi pendekatan yang lebih sesuai dengan sifat unik perangkat lunak.

Perangkat Lunak: Entitas Tanpa Fisik yang Fleksibel

Berbeda dengan jembatan, gedung, atau mesin, perangkat lunak tidak memiliki bentuk fisik. Ia hidup di dalam logika dan kode, terus berubah, dan sangat mudah dimodifikasi kadang terlalu mudah. Dalam teknik sipil, ketika pondasi sudah dicor, kita tidak bisa sembarangan mengganti desain lantai atas. Dalam perangkat lunak, bahkan setelah rilis, fitur bisa ditambahkan, UI bisa dirombak, dan logika bisnis bisa diubah hanya dengan satu pull request.

Ketidakberwujudan fisik ini memberi perangkat lunak keunggulan luar biasa: kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat. Tapi ironisnya, banyak pendekatan dalam RPL masih mencoba meniru disiplin teknik konvensional yang rigid. Gray dan Rumpe dengan tegas menunjukkan bahwa RPL tidak seharusnya mengejar "presisi" yang kaku, melainkan "adaptabilitas" yang cerdas.

Metodologi Agile: Cerminan Alamiah dari Perangkat Lunak

Salah satu sorotan utama dari artikel ini adalah bagaimana metode agile menjadi penyesuaian yang alami terhadap sifat perangkat lunak. Alih-alih berpegang pada rencana awal yang ketat, agile mempromosikan iterasi cepat, umpan balik konstan, dan adaptasi terhadap perubahan kebutuhan. Ini bukan sekadar filosofi pengembangan; ini adalah bentuk penghormatan terhadap realitas perangkat lunak itu sendiri.

Saya melihat bahwa dalam banyak organisasi, agile seringkali disalahartikan sebagai "bebas struktur" atau "jalan pintas". Padahal, jika dipahami dan diterapkan dengan benar, agile adalah manifestasi terbaik dari nilai-nilai RPL: kolaborasi, respons terhadap perubahan, dan keberlanjutan produk. Justru di sinilah perbedaannya dengan teknik tradisional---di mana perubahan sering dilihat sebagai musuh, dalam RPL, perubahan adalah bahan bakar evolusi perangkat lunak.

Menginspirasi Balik Disiplin Teknik Lain

Menariknya, artikel ini juga menunjukkan bahwa inovasi dari RPL, seperti otomatisasi pengujian, integrasi berkelanjutan (CI/CD), dan manajemen kompleksitas melalui abstraction, mulai memengaruhi cara kerja teknik tradisional. Ini adalah bukti bahwa meskipun RPL semula dipandang sebagai disiplin "baru" dan "tidak stabil", kini justru menjadi pelopor dalam efisiensi proses teknik modern.

Sebagai contoh, dalam proyek teknik sipil berskala besar, pendekatan building information modeling (BIM) semakin menyerupai pendekatan modular dalam pengembangan perangkat lunak. Sementara di industri manufaktur, konsep digital twin mencerminkan prinsip simulasi dan pengujian berkelanjutan yang telah lama dikenal dalam RPL. RPL tidak hanya berbeda, ia juga mampu menjadi inspirasi.

Fleksibilitas = Risiko?

Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa fleksibilitas tinggi dalam RPL membawa risiko tersendiri. Proyek yang terlalu cair bisa kehilangan arah, dokumentasi bisa terabaikan, dan kualitas bisa terkorbankan. Di sinilah pentingnya keseimbangan antara fleksibilitas dan disiplin. Agile bukan berarti tanpa struktur. Ia tetap membutuhkan komitmen pada prinsip dasar seperti komunikasi terbuka, retrospektif yang jujur, dan evaluasi berkelanjutan.

Masalah utamanya bukan pada pendekatan agile itu sendiri, tapi pada pemahaman yang salah dan implementasi yang setengah hati. Banyak organisasi mengadopsi kerangka kerja seperti Scrum hanya di permukaan, tanpa menginternalisasi nilai-nilai yang mendasarinya. Ini sama halnya seperti membangun rumah dengan desain modular, tapi tanpa fondasi yang kuat.

Waktunya Menyambut Identitas Asli RPL

Rekayasa perangkat lunak bukanlah versi digital dari teknik sipil atau mesin. Ia adalah disiplin yang berdiri sendiri, dengan tantangan dan keunggulannya sendiri. Artikel Gray dan Rumpe dengan gamblang menegaskan bahwa perbedaan ini bukanlah kelemahan, tapi kekuatan. Justru dengan merangkul sifat dinamis, fleksibel, dan adaptif dari perangkat lunak, kita bisa mengembangkan sistem yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih sesuai dengan kebutuhan dunia yang terus berubah.

Sebagai komunitas, kita perlu berhenti mencoba menjadikan RPL seperti teknik konvensional. Sebaliknya, kita perlu mengembangkan metode, alat, dan pola pikir yang sesuai dengan realitas perangkat lunak. Mari kita akui: RPL bukan hanya berbeda---ia juga masa depan dari semua proses teknik. Dan sudah waktunya kita memperlakukannya seperti itu.

Refrensi:

Gray, J., & Rumpe, B. (2018). Software engineering methods in other engineering disciplines. Computer, 51(3), 70--79. https://doi.org/10.1109/MC.2018.1731031

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun