Mohon tunggu...
Azzah K.K.
Azzah K.K. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Mahasiswa Geografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Baju yang Kita Pakai Bisa Saja Berperan dalam Pencemaran Air Sungai Citarum

31 Desember 2022   23:32 Diperbarui: 31 Desember 2022   23:43 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Google Earth Pro

Sungai Citarum sempat dinobatkan sebagai sungai paling tercemar di dunia pada tahun 2018 menurut World Bank. Terlintas dalam benak kita, mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Air dari Sungai Citarum memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Kebutuhan listrik, air minum, kegiatan domestik, industri, peternakan, perikanan, dan sebagainya berasal dari air Sungai Citarum. Namun, masih banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa kehidupan mereka tengah terancam karena air yang biasa mereka pakai kini telah tercemar.

Air dari Sungai Citarum berasal dari hulunya di Situ Cisanti yang berada di kaki Gunung Wayang, Jawa Barat. Air di Situ Cisanti masih terlihat jernih, tidak ada tumpukan sampah, dan kualitas airnya masih terjaga, karena masyarakat masih menganggapnya sebagai tempat suci.

Semakin bergerak menuju daerah yang lebih rendah dimana aktivitas masyarakat meningkat, kualitas air justru mengalami penurunan. Secara kasat mata, air terlihat keruh, berwarna kecoklatan hingga gelap, dan tumpukan sampah yang didominasi oleh sampah plastik sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat yang melintasi sungai tersebut.

Selain dari penumpukan sampah, limbah rumah tangga, dan limbah peternakan, terdapat satu hal lainnya yang juga menjadi pemicu terjadinya pencemaran Sungai Citarum, yaitu limbah dari industri tekstil. Menurut Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, terdapat 444 perusahaan tekstil dari keseluruhan 750 perusahaan yang berada di DAS Citarum. Namun, tidak semua perusahaan tersebut memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Beberapa diantaranya masih membuang limbah tekstil langsung menuju sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, atau IPAL yang sudah terpasang tidak bekerja secara optimal.

Hasilnya, air di Sungai Citarum yang berdekatan dengan pabrik tekstil berubah menjadi warna yang beragam, seperti merah gelap, ungu, kuning kecoklatan, dan yang lainnya tergantung dari jenis pakaian dan bahan pewarna yang diproduksi menurut kebutuhan pabrik. Berdasarkan penelitian, terdapat bahan kimia seperti logam berat Cr, Cu, Zn dari limbah industri tekstil yang melebihi baku mutu di dalam sampel air Sungai Citarum.

Selain itu, hasil penelitian kualitas air Sungai Citarum oleh Bernard Legube dari Universitas Poitiers menyebutkan adanya kandungan phthalate, nonylphenol, dan tributyl phosphate, bahan kimia yang biasa digunakan dalam industri tekstil telah melebihi batas standar kualitas Uni Eropa.

Pencemaran yang terjadi dapat menimbulkan dampak yang membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai dan juga sekitar Sungai Citarum. Kandungan polutan dalam air Sungai Citarum akan terakumulasi dalam tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan adanya gangguan kesehatan seperti gatal-gatal, gangguan pencernaan, kanker, gangguan saraf. kinerja otak yang menurun, dan masih banyak lagi. 

Dari aspek perikanan, kandungan logam berat berupa kromium (VI) yang melebihi baku mutu menyebabkan menurunnya jumlah ikan di Sungai Citarum. Warga tidak lagi memancing ikan, karena sulit untuk menemukan ikan di Sungai Citarum, beberapa warga kini memancing botol-botol plastik untuk dijual ke pengepul. Dampak lain dari pencemaran air Sungai Citarum akibat limbah tekstil yaitu menurunnya produktivitas pertanian di sekitar Sungai Citarum.

Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah pencemaran air di sungai Citarum? Sudah banyak usaha yang telah dilakukan, salah satunya program “Citarum Harum” diluncurkan pada tahun 2018 oleh pemerintah Jawa Barat untuk menanggulangi dan memulihkan kondisi Sungai Citarum. 

Dalam hal penanganan limbah tekstil, satgas Citarum Harum melakukan adanya inspeksi mendadak untuk mengecek saluran pembuangan limbah tekstil serta pengambilan sampel air untuk dilakukan analisis lebih lanjut seperti yang dilakukan terhadap PT. Leuwitex Jaya, Kabupaten Karawang pada 21 April 2022 yang lalu. Selain itu, Satgas Citarum Harum juga melakukan pengecoran saluran limbah beberapa pabrik tekstil yang diduga membuang limbah industri langsung menuju Sungai Citarum.

Pemerintah juga berupaya untuk memberikan sanksi berupa denda bagi para perusahaan yang terbukti melanggar peraturan dan mencemari DAS Citarum, seperti pada kasus gugatan KLHK pada tahun 2021 terhadap perusahaan tekstil bernama PT Bina Usaha Cipta Prima karena Pengelolaan air limbah yang tidak dilakukan secara serius dan adanya limbah B3 yang dihasilkan, PT How Are You Indonesia dan perusahaan yang lainnya. Tindakan tersebut dilakukan agar memberikan efek jera sehingga harapannya, perusahaan-perusahaan tersebut dapat mematuhi izin yang berlaku berkaitan dengan perlindungan dan pemulihan DAS Citarum.

Pemerintah bisa saja menutup pabrik tersebut, namun hal tersebut tampaknya sulit untuk dilakukan mengingat sebagian besar dari pabrik tersebut merupakan pabrik tekstil berskala besar yang telah mengekspor hasil produksinya ke berbagai negara di dunia dan menjadi supplier bagi merek pakaian ternama  seperti Uniqlo, H&M, Adidas, dan lain sebagainya.

Solusi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pemanfaatan eceng gondok menjadi serbuk adsorben eceng gondok untuk mengolah air limbah tekstil, seperti yang dilakukan oleh tim PKM Prodi Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti  pada tahun 2021.

Bioremediasi dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri untuk mengubah struktur ikatan kimia polutan berbahaya menjadi relatif tidak berbahaya bagi lingkungan juga dapat diterapkan dalam upaya pemulihan Sungai Citarum. Adapun solusi lain dengan biaya yang lebih murah yaitu dengan pemasangan lapisan mikrofiltrasi berukuran sekitar 0,1-10 µm pada aliran sungai bertekanan rendah yang dapat membersihkan air sungai dari limbah tekstil.

Pada tahun 2018, Indeks Kualitas Air (IKA) Sungai Citarum menunjukkan angka 33,43, mendekati target IKA pada tahun  2023 sebesar 38,57. Hal tersebut menunjukkan adanya upaya perbaikan status mutu sungai dari cemar berat menjadi cemar sedang. Pemerintah Jawa Barat dalam melalui program Citarum Harum berharap agar IKA Sungai Citarum ditargetkan mencapai 40,86 pada tahun 2025 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun