Mohon tunggu...
Moh. Ulul Azmi
Moh. Ulul Azmi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang suka minum kopi, sesekali aja nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Child Labour: Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

30 Januari 2022   17:05 Diperbarui: 30 Januari 2022   17:26 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Child Labour. Source: Unicef

Dampak dari child labour cukup beragam, kebanyakan dampaknya berimplikasi negatif pada kondisi anak tersebut. Namun tidak serta merta child labour tidak membawa dampak positif. Contoh dampak positifnya adalah anak dapat meningkatkan pendapatan keluarga, sehingga perekonomian keluarga terbantu, dan anak juga merasa berguna serta dibutuhkan. 

Selain itu, lingkungan kerja juga menyediakan berbagai stimulasi yang dapat menyokong perkembangan kognitif dan psikosoial anak (Dina Mardiyanti & Dwini Handayani, 2020). Dampak negatif child labour bagi anak diantaranya adalah dapat berpengaruh secara langsung terhadap tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis. 

Secara fisik, anak mungkin tidak akan mendapatkan asupan kalori yang cukup serta waktu istirahat yang kurang, hal ini dapat mengganggu tumbuh kembang anak mengingat pada usia anak merupakan masa-masa krusial dalam fase pertumbuhan. 

Dampak dari hal tersebut adalah kekurangan nutrisi, perawakan pendek, serta gangguan pertumbuhan pada fisik anak (Dina Mardiyanti & Dwini Handayani, 2020)

Terlepas dari adanya dampak positif dan negatif dari child labour, tentu akan lebih baik jika anak-anak memaksimalkan masa anak-anak untuk belajar serta memaksimalkan pertumbuhan dengan bermain dengan teman sebayanya. 

Secara universal, negara-negara di dunia telah melarang child labour melalui Konvensi ILO No. 182 tahun 1973 tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan Internasional kelima puluh delapan pada 26 Juni 1973 di Jenewa. Salah satu inti dari Konvensi ini adalah melindungi hak asasi anak. 

Namun, disinilah muncul sebuah dilema. Dalam beberapa kondisi, justru anak harus bekerja agar bisa melanjutkan sekolah. Kemudian, terkadang ia hanya mendapatkan teman di tempat kerjanya jika dibandingkan di sekolah.  Lalu, masih banyak kemungkinan adanya kondisi-kondisi lain yang mengharuskan anak untuk melakukan trade off (pengorbanan).

Child labour adalah permasalahan struktural yang sangat kompleks. Hingga kini, belum pemecahan yang pasti mengenai masalah ini. Tetapi yang terpenting, terlepas dari segala kondisi-kondisi yang ada, negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak-hak dari anak, agar anak-anak dapat memaksimalkan masa pertumbuhannya.

Daftar Pustaka

ILO. (2004). Child labour: a textbook for university students (1st ed.). www.ilo.org

UNICEF, & ILO. (2021, June). Child Labour: Global estimates 2020, trends and the road forward - UNICEF DATA. data.unicef.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun