Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat Rindu Teruntuk Ibu nan Sendiri di Kampung Tersepi

9 Mei 2021   03:34 Diperbarui: 9 Mei 2021   06:32 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga buat Ibu penjaga rindu kampung kami (foto : mbah Kung Yono) 

Bu,
Apakah duren di pekarangan rumah
Sudah ada yang mekar
Wanginya masuk ke bilik kamar masa kecilku?
Apakah tupai masih banyak berkejaran
Berlari-lari melintasi dahan duren petruk
Loncat ke pohon rambutan mengikuti ayunan ranting
Lalu meloncat ringan ke batang kelapa kopyor
Dan berlarian untuk masuk sembunyi
Ke sarangnya di pangkal  serabut buah kelapa
Masih ada?
Semoga beranak pinak
Mereka kawan kecilku yang setia.


Bu,
Apakah pohon sirsak  masih banyak buahnya
Apakah pohon putri anjing yang langka
Masih menumbuhkan buah-buah manisnya
Di batang bagian bawah
Juga menyembunyikannya dalam tanah

di dasar batangnya?

Ah, Ibu
Aku jadi malu
Lupa bersapa adamu
Khilaf berkirim raga ini ke kampung,
Menemani hari hari sepi
Bercengkrama salam sapa
Dengan saudara
Kawan karib
Tetangga satu jiwa
Semoga guyub rukun
Masih jadi warna utama setia kawan
paseduluran selamanya

Bu,
Apakah hujan masih jatuh
Membasahi pipi padi dahaga
Menciumi setiap kembang sepatu merah
Kuning
Putih di teras bilik rumah  panggung
Di kampung tersepi
Yang kau jaga sepenuh hati
Dengan riuh rindu tak terkata
Setahun ini

Ibu
Hujan jatuh rinai
Gundah suntuk mudik,
Di halte
Di jalan arteri
Di tol kota
Ibukota bila sudah menangis
Rindu kampung
Semua warganya histeris ,
Jas hujanku basah oleh kangen
yang terfermentasi
Di normal baru ini

Ibu
Lidahku menggigil manis asem
Tape ketan hijau biru
Di bungkus daun pisang
Yang kau peram matang
Selama ramadan ini

Penantianmu
Cuma satu
Bertemu aku
Memeluk kami,

Bu

Langit di cilada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun