Nadya Indah !
Sebutmu menyebut nama. Gadis ayu berambut panjang, Â dikucir topi caddy merah muda. Baju sporty strip merah muda putih. Â Membuat keindahan tubuhmu terbayang indah anak muda, Â batinku bergemuruh Karena lama tak tersentuh.
Apalagi suasana Sahara Golf Paradise sangat mendukung, sepi pada saat aku mengayunkan stik mengarahkan bola  golf, hole demi hole.  Pukulan sedang bagus nyaris semua masuk dibawah par. Mungkin karena didampingi caddy cantik enerjik yang gigi gingsulnya,  lesung pipit kembarnya,  mengingatkanku pada pujaan hati yang hilang dimana entah.
"Luar biasa Om, Â sudah 13 hole, masuk, tepat. Jamunya apa? ", celetuk Nadya riang, Â menggetarkan nada nada terindah di hati duda senja kala ini.
"Nadya kamu bisa aja. Â Hari ini sedang Mantap dan fokus fikiranku. Jangan panggil Om.lah..", pintaku merajuk.
"Baik, Mas Indra sayang... ", balas gadis berkulit putih , tinggi semampai, Â matanya berkerjap menggoda. Celetukan dan candaan kami, Â membawaku larut dan semakin berenerji. Sampai menjelang hole terakhir. Matahari sudah agak tinggi. Keringatku mengalir, Â kali ini benakku sedang teringat, Â timbul tenggelam pada sosok cinta pertamaku. Â Sosok ayunya sangat mirip Ayuni, Â Cinta pertamaku. Â Hanya pada seseorang kukandung dosa.
" Ayo Mas, Â tinggal hole 18, hole terakhir. Kalau masuk langsung sekali pukul. Mas dapat hole 19 dari aku... ", rayunya dengan. Mata berkerjap memancarkan magnit syahwati. Aku acungkan jempol. Fokus.
Lalu memukul bola golf dengan sepenuh tenaga. Â Bola putih itu mengayun, Â terlempar tinggi. Menembus tinggi. Dan masuk.
"hole in one ! ". Teriak kami, Â sambil berjingkrakan. Â Berpelukan. Â Meski beda masa. Pergesekan kulit itu membakar birahi pagi. Sekejap kilat kami sudah masuk di room 213. Badai dasyat itu berganti menjadi irama lembut menenangkan sejoli beda masa.
Kemudian percakapan dari hati ke hati mengalun ritmis, Â melengkapi sajian cinta pagi. Terungkaplah bahwa Nadya acap melakukan job plus plus. Â Demi mengumpulkan biaya kuliah dan membiayai pengobatan ibunya yang kena kanker kelenjar getah bening stadium empat.
Entah kenapa, tiba tiba aku ingin berbuat baik lebih baik daripada biasanya. Aku meminta Nadya. Membawa ibunya ke Rumah Sakit "Mukjizat Cinta" milikku, Â agar dapat perawatan gratis. Â Aku yang. Menanggung semua. Mata Nadya, gadis terayu pagi ini, Â berlinangan air mata. Haru.