Di depan satu - satunya saksi mata pembakar pos ronda baru RW kami, Â disodorkan tiga pelaku yang mungkin jadi tersangka utama.
Saat disosorkan, Â tukang sate gerobak keliling. Â Ia menggeleng keras - keras.
Kemudian ditaruh depan mukanya, Â tukang las pagar keliling yang kemana - mana membawa tabung gas bakarnya. Lagi - lagi ia menggeleng kepalanya keras.
Terakhir ada anak punk jalanan yang ketahuan tidur di malam terakhir saat bangunan baru itu masih utuh berdiri. Lagi lagi saksi mata itu memggeleng.
Warga bertanya - tanya dengan kesal, Â siapa pelaku yang tega membakar pos ronda baru kebanggan mereka. Itu. Â Sunyi. Â Senyap tak ada pelaku ditangkap.
Setelah semua pergi, Pak RW Agus bijak menepuk nepuk bahu sugiyo tukang taman, sang saksi mata.  Bijak ia menyodorkan  kopi dan berbisik pelan Membujuk agar segera memberi tahu saja siapa pelaku pembakar itu demi kebaikan semua.
"Maaf Pak RW, Â saya pelakunya, "aku sang saksi mata. Â Saat mata Pak RW mendelik dan bogem mentahnya hendak. Menghajar pemuda culun itu. Â Dari mulut anak muda itu keluar pengakuan yang mencengangkan. Â Bahwa sebetulnya ia hanya ingin menghilang data memori CCTV pos itu karena saat ia melihat rekaman itu ada adegan Pak RW ciuman, Â bermesraan hebat dengan Bu RT 10, saat hujan deras dan situasi komplek sepi sempurna.
Karena tidak tahu cara. Menghapus data kamera, ia mencoba membakarnya, Â yang terjadi justru seluruh pos dari kayu yang diisi barang - barang elektronik kosleting,
 terbakar cepat. Tanpa bisa dipadamkan.
Pak RW menghela nafas, Â ia sadar dengan kekilafannnya. Gampang buatnya membuat Pos RW yang lebih mentereng. Tapi kalau aibnya tersebar, bisa selesai ketokohannya di wilayah sini.
Pak RW 02 meraba dompetnya, Â lalu ia memberikan lembar - lembar uang merah ke pemuda Penjaga taman yang penuh inisiatif kebaikan menyelamatkan mukanya, sebenarnya.
"Ini masih banyak lagi. Â Asal mulutmu dikunci jangan ember.Awas !"', ancam Pak RW 02 tegas sambil mengedipkan sebelah matanya.