Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan Healing 01 | Ramadhan dan Perjalanan Menemukan Kedamaian Batin

1 Maret 2025   04:06 Diperbarui: 1 Maret 2025   04:09 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Griya Hipnoterapi MPC

Brebes, 1 Ramadhan 1446 H -- Ramadhan kembali hadir, membawa atmosfer spiritual yang menenangkan bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bulan penuh berkah ini bukan sekadar tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga kesempatan bagi setiap individu untuk menyelami diri, membersihkan pikiran, serta menemukan ketenangan batin yang sering kali tersisih di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Di Brebes, seperti halnya di berbagai daerah lainnya, banyak orang menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk berbenah. Tidak hanya secara lahiriah, tetapi juga secara mental dan emosional. Bagi sebagian orang, bulan ini adalah waktu yang tepat untuk melepaskan beban pikiran yang selama ini terpendam, melatih pengendalian diri, serta membangun kebiasaan positif yang dapat bertahan lama setelah Ramadhan berakhir.

Melepaskan Beban Mental dan Merapikan Pikiran

Dalam kehidupan sehari-hari, pikiran manusia sering kali dipenuhi oleh berbagai kekhawatiran dan kecemasan---tentang pekerjaan, keluarga, atau bahkan masa lalu yang belum sepenuhnya terselesaikan. Jika tidak dikelola dengan baik, beban mental ini bisa menumpuk, mengaburkan ketenangan, dan memicu stres berkepanjangan.

Ramadhan memberikan kesempatan untuk merapikan ruang mental yang selama ini terasa sesak. Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menulis jurnal harian. Menuliskan segala sesuatu yang mengganggu pikiran, momen-momen baik yang terjadi dalam sehari, serta hal-hal yang ingin diperbaiki esok hari dapat membantu seseorang memahami dirinya lebih dalam. Seperti halnya sebuah rumah yang perlu dirapikan agar nyaman ditempati, pikiran juga perlu dibereskan agar bisa digunakan secara optimal.

Ketenangan yang Datang dari Dalam Diri

Tidak jarang, seseorang merasa gelisah tanpa tahu penyebab pastinya. Dalam praktik terapi pikiran, kondisi ini sering kali terkait dengan stres yang menumpuk tanpa disadari. Ramadhan menghadirkan ruang untuk memperlambat ritme hidup, memberikan waktu bagi setiap orang untuk lebih mendengarkan dirinya sendiri.

Salah satu metode sederhana yang banyak digunakan untuk mengurangi ketegangan adalah latihan pernapasan 5-5-7. Teknik ini melibatkan menarik napas dalam selama lima detik, menahan napas selama lima detik, lalu menghembuskannya perlahan selama tujuh detik. Jika dilakukan dengan konsisten, latihan ini dapat membantu mengendurkan ketegangan di tubuh dan pikiran, sehingga seseorang bisa lebih tenang dalam menjalani hari-hari selama Ramadhan.

Latihan Bersyukur dan Memaafkan: Kunci Ketenangan Hati

Beban emosional sering kali bersumber dari ketidakmampuan seseorang untuk bersyukur dan memaafkan. Dua hal ini, meskipun tampak sederhana, memiliki dampak besar dalam membentuk ketenangan batin.

Latihan bersyukur harian dapat membantu seseorang melihat sisi positif dalam hidupnya. Sebelum berbuka puasa atau menjelang tidur, menyebutkan tiga hal yang disyukuri---sekecil apa pun itu---bisa mengubah cara pandang seseorang terhadap kehidupannya. "Saya bersyukur masih diberi kesehatan," atau "Saya bersyukur bisa berbuka dengan keluarga," adalah contoh sederhana yang bisa membuat hati terasa lebih lapang.

Selain itu, memaafkan---baik diri sendiri maupun orang lain---juga menjadi langkah penting dalam perjalanan menemukan ketenangan. Dengan menutup mata dan mengatakan dalam hati, "Saya memaafkan diri saya atas kesalahan yang pernah saya lakukan," serta "Saya memaafkan orang lain dan melepaskan emosi negatif terhadapnya," seseorang bisa mulai melepaskan beban emosional yang selama ini menghambat kebahagiaannya.

Mengubah Pola Pikir, Membangun Kebiasaan Baru

Ramadhan juga menjadi momen yang tepat untuk membentuk kebiasaan baru dan mengubah pola pikir yang selama ini menghambat pertumbuhan pribadi. Dengan berpuasa, seseorang melatih pengendalian diri---tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari amarah, kesedihan berlebih, atau pikiran negatif.

Latihan sederhana dalam mengubah pola pikir bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya:
Saat merasa marah, mengingat bahwa ini adalah ujian kesabaran dan memilih untuk tetap tenang.
Saat merasa malas, menanamkan dalam diri bahwa Ramadhan adalah momen untuk lebih produktif.
Saat merasa sedih, mengingat bahwa semua hal bersifat sementara dan selalu ada hikmah di balik setiap kejadian.

Dengan konsistensi, kebiasaan kecil ini bisa membentuk perubahan besar dalam cara seseorang menghadapi hidupnya setelah Ramadhan berlalu.

Ramadhan, Awal dari Perjalanan Baru

Lebih dari sekadar ibadah, Ramadhan adalah sebuah perjalanan menuju diri yang lebih baik. Setiap individu memiliki kesempatan untuk menjadikannya sebagai titik awal perubahan---baik dalam cara berpikir, merasakan, maupun bertindak.

Bagi mereka yang ingin memperdalam perjalanan ini, ada berbagai metode yang bisa digunakan untuk mempercepat proses transformasi mental dan emosional. Yang terpenting, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi tentang menemukan kembali ketenangan dan keseimbangan dalam hidup.

Seiring berjalannya hari-hari di bulan suci ini, mari manfaatkan setiap momen untuk memperbaiki diri, membersihkan pikiran, dan membangun kebiasaan yang membawa kita menuju versi terbaik dari diri kita sendiri.

Selamat menjalani Ramadhan dengan penuh kesadaran dan ketenangan!

{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}

Brebes, 1 Maret 2025

Oleh: Aziz Amin | Wong Embuh
Trainer dan Profesional Hipnoterapis di Griya Hipnoterapi MPC, Brebes

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun