Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Diskusi Embuh | Bisa Jadi Sakit Itu Ilusi

23 Mei 2024   21:32 Diperbarui: 23 Mei 2024   21:37 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, psychologymania.com

Sakit Itu Ilusi : Perspektif Filosofis dan Spiritual

Diskusi malam dengan mas Andri di WA tentang pemahaman mendalam terkait hidup, kehidupan dan penghidupan.

Sampai pada bab "Ilusi"

Dalam berbagai tradisi filosofis dan spiritual, ada pandangan yang menyatakan bahwa sakit adalah ilusi. 

Pandangan ini mungkin terdengar kontroversial dan sulit diterima, terutama bagi mereka yang mengalami rasa sakit fisik atau emosional yang nyata. 

Namun, dengan menggali lebih dalam ke dalam pemikiran ini, kita bisa menemukan perspektif yang memberikan wawasan tentang bagaimana manusia dapat mengatasi penderitaan melalui perubahan cara pandang dan pemahaman yang lebih mendalam.


Bagaimana Pandangan Filosofis ?

Dalam filsafat Plato, dunia fisik dianggap sebagai bayangan atau refleksi dari dunia ide yang sempurna dan abadi. 

Menurut pandangan ini, segala sesuatu di dunia fisik, termasuk rasa sakit, hanyalah ilusi atau cerminan yang tidak sempurna dari realitas yang sejati. 

Plato mengajarkan bahwa dengan meningkatkan pemahaman dan kebijaksanaan, seseorang bisa melampaui penderitaan duniawi dan mendekati realitas yang lebih tinggi.

Bagaimana Pandangan Stoisisme ?

Para filsuf Stoik seperti Epictetus dan Seneca mengajarkan bahwa penderitaan berasal dari persepsi dan penilaian kita tentang kejadian eksternal. 

Menurut mereka, rasa sakit fisik atau emosional tidak memiliki kekuatan atas jiwa yang kuat dan bijaksana. 

Dengan mengendalikan pikiran dan reaksi kita, kita dapat mencapai ketenangan batin meskipun menghadapi situasi yang menyakitkan.

Dalam tradisi sufisme, rasa sakit dan penderitaan dianggap sebagai ujian atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Para sufi percaya bahwa dunia ini adalah fana dan sementara, sehingga penderitaan di dunia ini hanyalah ilusi yang akan berlalu. 

Melalui dzikir (pengingat akan Tuhan) dan kontemplasi, mereka mencari makna yang lebih dalam dan kebahagiaan yang abadi di hadirat Ilahi.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Praktik mindfulness dan meditasi membantu individu untuk mengamati rasa sakit dan penderitaan tanpa penilaian atau keterikatan. 

Dengan berlatih kesadaran penuh, seseorang dapat menyadari bahwa rasa sakit adalah sensasi sementara yang tidak perlu mendominasi pikiran dan perasaan mereka.

Mengembangkan pikiran yang positif dan pandangan hidup yang optimis dapat membantu mengurangi persepsi terhadap rasa sakit. 

Menemukan makna dan tujuan dalam pengalaman hidup, bahkan yang menyakitkan, dapat mengubah cara kita menghadapinya.

Kesimpulan

Pandangan bahwa sakit adalah ilusi bukan berarti meniadakan keberadaan rasa sakit fisik atau emosional, melainkan menawarkan perspektif bahwa penderitaan tidak harus menjadi pusat eksistensi kita. 

Dengan mengubah cara pandang dan meningkatkan pemahaman spiritual dan filosofis, kita dapat menemukan cara untuk mengatasi rasa sakit dan hidup dengan lebih damai dan bijaksana. 

Pandangan ini mengajak kita untuk melihat melampaui permukaan pengalaman dan mencari kebijaksanaan yang lebih dalam dalam menghadapi tantangan hidup.

Wong Embuh 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun