Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monyet Kocar-kacir, antara Seni dan Penyiksaan

29 April 2018   15:21 Diperbarui: 29 April 2018   15:59 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

"Masih ingat kah dulu saat kecil kita selalu bahagia menyaksikan pertunjukan topeng monyet ?, ya antara takut tapi penasaran, penasaran tapi serem tapi juga lucu aksi monyet yang didandani ala manusia ".

Pertanyaannya adala : "kepikiran nggak saat itu kalau topeng monyet adalah sebuah aksi penyiksaan pada binatang ( monyet )", bahkan dari beberapa kasus yang terjadi bahwa proses moyet menjadi seprti itu butuh latihan khususn dan ekstra dimana si monyet dipaksan melakukan tahapan -- tahapan latihan.

HIBURAN RAKYAT DIGEMARI ANAK

Pertunjukan topeng moyet pada eranya 1990 an menjadi pertunjukan yang digemari dan ditunggu anak -- anak, suara irama musiknya khas dengan menggunakan kendang yang sangat dikenali anak seperti mengenali suara bakul bakso saat menabuhkan mangkoknya, penampilan monyet yang didadani lucu tapi serem bagi anak -- anak menghadirkan sensas dan pengalaman yang tiada pernah akan terlupa.

Ya, zaman dimana belum ada yang namanya android, gaget termasuk game / permaenan modern, saat anak -- anak selalu riang gembira bermaen dengan teman sebayanya di halama rumah, tentu tidak susah bagi topeng monyet mencari kerumunan massa ( anak -- anak ).

Pertunjukan dimulai, monyet satu persatu menampilkan keahliannya bahwa ia bisa pergi ke pasar, naik motor, naik becak, memperagakan holat dan kadang bergaya orang dipantai, dan tentu decak kagum penonton melihat bagaimana monyet itu bisa trampil dan mengikuti arahan sang pawang yang memintanya banyak hal dan si monyet mau melakukan.

Pertunjukan yang tidak membutuhkan gedung, yang tak membutuhkan undangan atau publikasi yang ribet, cukup saat ada kerumunan anak, kendang mulai tabuh dan monyet mulai bersiap, maka "Monyet Show" dilaksanakan, dan penonton dengan sukarela membarikan koin / uang untuk jasa pertunjukan si monyet.

Topeng moyet jaman itu jaman jayanya sebagai pertunjukan yang bisa jadi dianggap sebuah seni bagaiman memelihara monyet, mendidik monyet dan menjadikan monyet terbiasa berinteraksi dengan manusia, tentu mereka pelaku bisnis topeng monyet akan menyebutnya adalah sebuah seni hiburan, pertunjukan dan seni bagaimana mengkondisikan monyet menjadi media seni.

Pertanyaannya ;  "Benarkah topeng monyet adalah seni ?"

MONYET BERTOPENG ATAU TOPENG MOYET

Apapun itu namanya ternyata ada banyak hal yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan dibalik sajian yang diatasnamakan seni / hiburan semata, mempertunjukan monyet yang didandani lucu bisa berdiri tegak layaknya manusia berbaju dan memperagakan beberapa aksi layaknya manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun