Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anakku Nonton Video Porno, Lalu Bagaimana?

10 April 2018   20:14 Diperbarui: 10 April 2018   20:13 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ibu datang di Griya Hypnotherapy MPC yang saya kelola minggu kemarin ( 08/04/2018 ), seperti biasa minggu masih ada kelas pelatihan privat hypnotherapy, dan dengan wajah yang panik dan penuh kebingungan ia bilang :

" anakku nontonnya video porno mas ?, bagaimana ?!!! ",

" bisa dihipnotis biar hilang pikirannya ?!!! "

Saya sedang tidak tertarik menuliskan bagaimana hypnotherapymenjadi salah satu metode yang bisa dan sering digunakan sebagai alternatif terapi psikologi dan gangguan prilaku, saya justru merasa priatin dengan kasus yang sebelumnya sempat heboh di media sosial viralnya anak yang menonton video porno disamping ibunya.

Sebagai manusia biaa seringkali saya kadag juga berfikir spontan " Ko bisa !!!, terus kenapa ada video porno disitu ? !!! ". pastinya itu sponta jawaban bawah sadar saya saat seorang datang, kalau saya tidak ingat bahwa penta mental kita belum tentu realita sesuai dengan yang kita pikirkan tentu saya akan sama seperti kebanyakan orang menjadikan anak sebagai pelampiasan atas apa yang ia sendiri nggak tahu dimana letak salahnya.

ANAK TIDAK TAHU KALAU ITU PORNO

Penulis berfikir bahwa sejatinya anak -- anak sama sekali nggak tahu apa yang ia tonton itu video porno atau bukan video porno, ia hanya sedang mencari data / informasi yang lebih banyak sebagai bekal dalam ia menjalankan aktifitasnya.

Informasi yang ia lihat akan ia rekam dan dijadikan jadi dasar dan pembanding dari data -- data yang selanjutnya, maka... wajar kalau sebut saja Janggar (nama samaran) yang ia didapati telah melihat video porno di HP.

Ibunya kebakaran jenggot saat a mendadak disidang mertua nya dan keluarga besar suaminya yang mempertanyakan bagaimana ia menjaga anaknya, anak yang sekolah di PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) telah menonton video dewasa.

Bagaimana mungkin ?!!,awalnya sang ibu membantah nggak mungkin anaknya menonton video porno kalau anaknya nggak dipegangi HP, dan sementara HP pun dirasa ibunya tidak ada koleksi video.

Miris...., prihatin saat mendegar bagaimana janggar menceritakan ia telah menonton video yang ada adegan bagusnya kepada lilik nya ( bulik nya ) :

"  lik, janggar habis nonton pilm lik, pilemnya ada orang laki -- laki sama orang perempuan lik, nggak pake baju lik... "

" teruuus... itunya dimasukka lik ( detail janggar mencertakan dengan gaya anak -- anak ) "

Spontan heboh, rame dan tegang, janggar di introgasi bagaimana ia menonton video itu dan dengan siapa saja, bisa dibayangkan bagaimana perasanaan seorang anak yang belum mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana pahala dan mana dosa.

Orang tua seringkali lupa kalau ia bicara dengan anak -- anak, penulis bukan sedang membela janggar yag telah menonton video dewasa, dan bukan dipihak yang toleransi dengan pornografi, aka tetapi memandang secara psikologis, saat anak dipaksa berfikir dan berbicara seperti gaya orang dewasa maka ia akan benar benar mengalami tekanan psikologis yang artinya berpotensi memunculkan trauma psikologis.

PORNOGRAFI JEBAKAN DUNIA DIGITAL

Diluar pro dan kontra tentang digitalisasi dan era globalisasi tetap terselip jebakan yang mengancam anak -- anak, peranan orang tua menjadi sangat penting dalam kontrol aktifitas anak khususnya saat mengakses media daring atau koneksi internet, jangankan yang nyata -- nyata untuk kepentingan hiburan, kadang kajian dan video dakwah pun da konten iklan yang menampilkan video dewasa.

Janggar adalah satu dari sekian banyak kasusu yang sudah sering kita dengar bahwa anak -- anak mengakses konten video dewasa dan sayangnya sebagian besar yang lain tidak diketahui orang tuanya sampai ia dewasa sehingga menjadi inprint dalam pikran bawah sadarnya menjadi prilaku -- prilaku yang tidak wajar atau dewasa lebih dini dengan gejolak nafsu yang tidak terkendali.

Bila tidak memang benar -- benar dibutuhkan akan lebih baik anak untuk tidak diperbolehkan akses ke internet sebelum waktunya, biarkan ia melalui tahapan dan proses tumbuh kembang yang sewajarnya sehingga akan mendapatkan kualits hidup yang lebih sempurna secara holistik.

BAGAIMANA SAAT ANAK TELAH MENGAKSES VIDEO DEWASA

Penulis akan menuliskan bukan dari sisi sebagai seorang hypnotherapist yang akan melakukan sesi hypnotherapy pada anak untuk bisa mentherapy resiko / potensi -- potensi perubahan prilaku atau efek kecansuan menonton video dewasa.

Tentunya penulis akan menuliskan tips yang semoga bisa dilakukan kompasianer dirumah saat mendapati anak -- anak telah menonton atau dicurigai ia telah mengakses video dewasa.

  • Bersikap tenang, ( kendalikan emosi apalagi amarah ), masuk dunia anak, dan konfirmasi ke anak apa yang sebenarnya ditonton.
  • Pada langkah 1 upayakan kalau bisa temukan bukti lebih baik sebagai penunjang bila anak mengelak, tapi kembali ke poin satu kendalikan diri, lakukan dengan sangat hati -- hati.
  • Konfirmasi, kapan ia mulai mengakses, dan itu disengaja atau tidak, ada nggak yag mengajarinya
  • Bila poin 3 diketahui, lakukan klarifikasi ( edukasi ) tentang video itu yang ditontong adalah video dewasa, nggak baik untuk dilihat anak -- anak.
  • Beri pemahaman bahwa itu bukan untuk anak -- anak, melainkan video dewasa, dan katakan / sugestikan kalau mulai sekarang hanya boleh nonton yang khusus untuk anak - anak
  • Kuatkan pemahaman dan cara menolak kalau ada temannya yang menonton video sejenis, bilang selain itu berbahaya dan tidak baik secara agama juga jelaskan itu melanggar undang -- undang dan bisa ditangkap polisi, bagian dari kejahatan.
  • Setelah dilakukan sampai poin 5, upayakan tidak selalu mengungkit kejadiaan saat anak suka / nonton video dewasa tersebut.
  • Setiap hari upayakan selalu ulangi sugesti positif, hanya boleh nonton yang baik -- baik dan untuk kontens sesuai usia.
  • Tetap monitor dan ikuti perkembangan prilaku anak, dan bila dianggap perlu menghubungi psikolog atau hypnotherapy bisa menjadi pilihan tepat untuk melakukan reframing atas apa yang telah terlanjut ia tonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun