Oleh karena itu, menulis tidak boleh santai. Harus memenuhi aspek gramatikal. Setiap kalimat harus menjadi kalimat lengkap, yang begitu diucapkan, orang tidak akan bertanya lagi.Â
Menanamkan pada diri bahwa tidak ada editor yang baik hati adalah sebuah keniscayaan. Baik tulisan akademis maupun kreatif harus siap dikritik, baik oleh pembaca biasa maupun orang yang mempunyai kapasitas dan tentu saja sangat kritis.
Suami Ienas Tsuroiya ini menutup paparannya dengan menekankan untuk membangun kebiasaan mengkritik. Menurutnya, hal ini akan menjadi kebiasaan baru, dan tentunya sangat bagus.Â
Dengan tumbuhnya budaya mengkritik dalam dunia kepenulisan yang terus disemai, insyaaallah akan meningkatkan kualitas tulisan generasi digital saat ini.Â
Dukungan kemudahan akses di era digital seperti sekarang ini sudah seharusnya mampu menjadi amunisi besar untuk menghasilkan tulisan bernas layaknya generasi kompas. Salam literasi