Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Apa di Hari Ulang Tahun?

18 September 2020   14:22 Diperbarui: 18 September 2020   14:27 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat bertambah usia, berkurang jatahnya. Bagi pemiarsa yang berulang tahun di hari ini".

Sebagai pendengar setia radio, birthday greeting di salah satu radio swasta di Jogja ini tidak asing lagi buat saya. Apalagi yang ngucapin adalah penyiar idola yang selalu bikin ambyar.

Ucapan ini sekilas biasa saja, namun kalau dibawa ke hati, bener-bener makjleb. Bagaimana tidak? Kita sering terjebak dengan lagu-lagu ulang tahun yang seolah-olah kita bertambah umur, padahal sejatinya umur kita justru berkurang.

Selamat ulang tahun, kami ucapkan

Selamat ulang tahun kita kan doakan

Selamat sejahtera, sehat sentosa

Selamat panjang umur dan bahagia

Hari ini, tepat 45 tahun usia saya. Konon sudah masuk pra lansia. Wow tuwir!! Menua adalah sebuah keniscayaan. Disyukuri, dinikmati. Meski tak ada kue tart, saya tidak akan melewatkan hari istimewa ini begitu saja. 

Ada banyak hikmah yang bisa kita kulik dari moment istimewa ini. Bisa jadi ini biasa saja bagi sebagian orang. Bahkan tak jarang orang lupa dengan hari ulang tahunnya. 

Sebagai sebuah persembahan untuk diri sendiri yang insyaallah kita bisa sama-sama ambil hikmah dalam tulisan receh saya ini. Sebenarnya ada apa sih di hari ulang tahun? Mari kita kulik!

Ada muhasabah bahwa diri semakin lemah

Panjang umur tentu menjadi harapan setiap orang. Umur panjang dan berkah tentunya. Berharap dipanjangkan umur, tetap sehat dan bermanfaat. Namun seiring bertambahnya usia, tentunya jatah hidup kita di dunia adalah berkurang. Dan sunatullah, manusia semakin bertambah usia bukan bertambah kuat, tapi justru semakin lemah.

Al qur'an mengungkap tiga fase kehidupan manusia dalam surat Ar rum 54. Fase lemah ketika lahir sebagai bayi merah yang tidak membawa apa-apa, hidupnya masih penuh ketergantungan. 

Kemudian tumbuh menjadi remaja dan berproses menjadi dewasa. Inilah fase kuat yang sering kita banggakan. Ibarat pekerja, dia baru berada di puncak karier. Bersinar bak mutiara, kokok bakoh tak tergoyahkan, walau badai menghadang. 

Dan kegagahan itu ternyata tak selamanya. Ibarat jeruji sepeda yang mulai aus dan patah satu persatu. Kemana lagi kalau tidak kembali ke fase lemah. Lemah yang bertambah-tambah. 

Jadi, jangan heran kalau tidak hanya bayi yang pakai popok. Pakai popok saat bayi, lepas popok saat sudah mandiri, kembali lagi pakai popok. Fase lemah, tak sekuat saat muda, ada ketergantungan lagi di sana.

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa".

Ada alarm bahwa sudah berkurang jatah

Apa yang kita banggakan saat kita berulang tahun? Pesta mewah dengan aneka hidangan? Hadiah persembahan special yang berkelas? Atau pergi ke suatu tempat untuk  untuk berpesta di sana? Tidak ada yang salah, karena itu pilihan. Bebas-bebas saja! Monggo!

Setiap orang tentu punya cara dan kebiasaan tersendiri di moment istimewanya. Dari yang sifatnya formal dengan ceremonial dan aneka hidangan ala selebritis  atau sekedar cara jahil ala pelajar atau anak kost dengan cara ngerjain yang nggak wajar. Ngeprank kalau bahasa anak sekarang. 

Diguyur air kotor, dijeburin kolam, dihujani tepung, dikerjain dengan dituduh mencuri, menyembunyikan barang yang benar-benar dibutuhkan, sehingga dia kebingungan dan cara jahil lainnya.

Saya sendiri termasuk orang yang biasa-biasa saja di hari ulang tahun saya. Termasuk suami dan anak-anak saya. Yang jelas saat itu jadi moment untuk saling mendoakan dan mengingatkan untuk menjadi lebih baik. Seperti pagi ini, anak sulungku mengingatkanku dengan ucapannya yang syahdu yang terpampang di statusnya pagi ini.

"Bertambah di hitunganmu, berkurang di hitungan-Nya. Love you surgaku".

Hemmm mak cess bukan? Kalau suami selalu mengingatkanku untuk sabar. Maklumlah, sebagai perempuan paling cantik di rumah, meski sudah berbagi tugas, namun ada saja yang memancing naiknya adrenalin. Watak Kak Ros-nya keluar. Semoga seiring bertambahnya usia, semakin sabar biar tidak cepat tua.

Ada moment untuk ber-muhasabah

Mendapati diri semakin lemah. Tidak lagi sekuat dan setangguh saat masih muda. Seasaat mungkin muncul asa dan keluh kesah. Namun kita harus sadar bahwa mengeluh bukanlah solusi. Sehingga tepatlah jika ulang tahun kita jadikan ajang untuk muhasabah. Evaluasi diri untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. 

Tidak hanya tahun baru yang menjadi tonggak untuk menjadi lebih baik. Ayat populer di tahun baru, Surat Al hasyr 18 yang mengajak kita untuk "Bercermin dan banyaklah bercermin" begitu kata Ebiet G. Ade. Ayat yang mengajak untuk bercermin pada masa lalu, untuk mempersiapkan bekal di masa depan.

" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Yang lalu biarlah berlalu. Sudah bukan waktunya bernostalgia "waktu saya muda dulu", apalagi menyesali. Saatnya mengambil pelajaran dari masa lalu untuk bangkit mempersiapkan bekal masa depan. 

Baik menghabiskan usia di dunia maupun bekal untuk kehidupan yang sesungguhnya kelak di akhirat. Ibarat mengendarai kendaraan, sesekali saja kita melihat spion untuk melihat kondisi di belakang. 

Tahu kondisi di belakang akan meningkatkan kewaspadaan dan lebih berhati-hati untuk menatap masa depan. Bukan terus-menerus melihat spion, sehingga tidak waspada dengan kondisi yang terjadi di depan. Nabrak deh!

Ada target untuk mewujudkan mimpi

Sebagaimana tahun baru, moment ulang tahun juga bisa jadi moment yang tepat untuk mewujudkan mimpi. Usia boleh bertambah, tapi siapapun boleh bermimpi. Punya resolusi, target capaian tertentu di hari istimewa.

Saya belajar dari seorang penulis senior dengan banyak karya. Beliau selalu menghadiahi dirinya dengan buku tulisannya sendiri di hari ulang tahunnya. Subhanallah. 

Sebagai penulis pemula, sayapun  bermimpi demikian. Meski jauh panggang dari api. Tapi tidak menyurutkan semangat saya. Minimal bisa mempersembahkan tulisan ini untuk anda. 

Meskipun resolusi itu tidak selalu tercapai sesuai target, namun setidaknya jalan menuju ke sana sudah mulai terbuka. Dan alhamdulillah saya dan teman-teman kelas menulis saat inisedang menantikan lahirnya dua buku antologi yang berisi tulisan kami dari kelas yang berbeda. 

Ini akan menjadi hadiah istimewa meski tidak tepat waktu. Semoga segera terwujud. Termasuk mewujudkan mimpi untuk melaunching buku solo. Bisa menghadiahi ayah dengan sebuah buku tulisan saya di hari ulang tahunnya. Karena tidak ada hadiah yang lebih indah bagi ayah selain buku.

Terus belajar, menikmati proses. Ojo nggege mangsa. Ikhtiar diiringi doa. Bukan ujug-ujug, tiba-tiba punya buku tanpa proses panjang yang melelahkan.

Ada kesadaran bahwa kenikmatan semakin berkurang

Di usia saya yang sudah melesat jauh dari kepala empat, ada satu hadiah yang benar-benar saya requesh pada suami tercinta. Jangan bayangkan saya minta yang aneh-aneh seperti orang ngidam lo.

 Yang begitu sulit dicari, tapi giliran ketemu, mood-nya sudah hilang. Atau saya minta uang sejumlah tanggal bulan dan tahun  ulang tahun saya. Persis mahar calon pengantin yang dibuat tepat di hari pernikahannya. 

Sehingga harus repot hunting pecahan rupiah yang sudah tidak lagi bisa ditemukan dengan mudah. Apalagi saya minta hadiah mahal ala selebritis. Mobil dengan plat nama saya AA 212 AH. Duit dari mana? Dijualkan perempatan depan gang?

Sebegitu sadarnya kalau seiring waktu berjalan pandangan mata saya tak sesempurna dulu. Bahkan saya borong habis, mata minus, plus dan silinder. Paket komplit! Sehingga menuntut saya untuk mengenakan kacamata dengan lensa progresif. 

Biar tetap tampil okey, meski tak lagi muda. Kondisi ini menjadikan saya tidak nyaman lagi untuk tadarus Al qur'an dengan mushaf kecil lengkap dengan terjemahannya. Ternyata butuh perjuangan untuk melototi huruf demi huruf dari mushaf kecil yang biasa saya pakai.

Lantas saya requesh apa? Sederhana saja. Mushaf Al qur'an ukuran besar, tanpa terjemahan. Bisa dikatakan kalau yang saya minta cukup mushaf Al qur'an jadoel persis saat dulu awal belajar Alqur'an setamat turutan. Murah meriah dan berkah.

Ada kesadaran untuk senantiasa bersyukur

Kalimat pertama yang terucap dari bibir saya sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat usia ini adalah "Alhamdulillahi rabbil 'alamin". Masih ada jatah, Dia masih menghidupkan saya, setelah mematikan saya sejenak di dalam buaian mimpi.

Doa bangun tidur yang kadang kita lupakan, seolah hanya anak cucu kita yang harus menghafalkan untuk unjuk kebolehan di TPQ. Padahal maknanya begitu dalam, bahwa kalau Allah menghendaki, nyawa kita tidak dikembalikan saat kita bangun tidur. Sebuah penegasan bahwa Allah-lah satu-satunya tempat kembali.

"Segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nyalah kita kembali".

Teriring doa dari orang-orang tercinta, teman dan sahabat terbaik, saatnya belajar untuk menjadi 'abdan syakuran' atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, termasuk nikmat usia. Allahumma barik lii fi umrii. Amin.

Magelang, 18 September 2020

Sebuah ungkapan syukur di milad ke 45

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun