Mohon tunggu...
Azis Susilo
Azis Susilo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Azis Susilo || NIM : 41521010076 || Fakultas : Ilmu Komputer || Jurusan : Teknik Informatika || Kampus : Universitas Mercu Buana || Dosen : Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pemikiran Panopticon Jeremy Bentham & Konsep Pemikiran Kejahatan Structural Anthony Giddens

31 Mei 2023   21:39 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:08 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penjara Melingkar by: Azis Susilo

Mengapa Jeremy Bentham mengambil konsep Panopticon?

Jeremy Bentham mengambil konsep Panopticon karena ia tertarik pada pengawasan sosial yang efektif dan efisien. Bentham percaya bahwa dengan adanya pengawasan yang konstan, individu-individu akan menginternalisasi disiplin dan mengatur perilaku mereka sendiri. Ia menganggap bahwa pengawasan yang konstan dan visibilitas penuh akan mendorong ketaatan dan kepatuhan.

Bentham mengamati bahwa sistem pengawasan pada zamannya memiliki keterbatasan dan tidak efektif. Pengawasan tradisional, seperti pengawasan langsung oleh penjaga atau otoritas, dapat terbatas oleh keterbatasan fisik dan waktu. Oleh karena itu, Bentham mencari cara untuk menciptakan sistem pengawasan yang lebih efisien dan efektif.

Dalam mengembangkan konsep Panopticon, Bentham ingin menciptakan struktur pengawasan yang memungkinkan pengamat (penjaga) memiliki visibilitas penuh terhadap individu-individu yang diamati. Struktur tersebut didesain sedemikian rupa sehingga individu-individu tidak dapat melihat pengamat, tetapi pengamat dapat melihat individu-individu dengan jelas. Dengan demikian, individu-individu merasa selalu diawasi, bahkan ketika pengamat tidak hadir.

Bentham melihat potensi aplikasi Panopticon dalam berbagai konteks, seperti penjara, rumah sakit jiwa, sekolah, pabrik, dan masyarakat secara keseluruhan. Ia berpendapat bahwa dengan menerapkan konsep Panopticon, pengawasan dapat dilakukan secara efektif tanpa harus melibatkan pengawas yang terus-menerus hadir secara fisik.

Secara filosofis, Bentham juga merupakan seorang utilitarianis. Ia berpandangan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil harus didasarkan pada kebaikan umum dan menghasilkan kebahagiaan sebanyak mungkin bagi sebanyak mungkin orang. Dalam pemikirannya, konsep Panopticon dapat mempromosikan kepatuhan dan ketaatan, yang dianggapnya penting untuk menciptakan tatanan sosial yang efisien dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Meskipun ide Panopticon Bentham menarik perhatian banyak orang pada masanya, desain fisik Panopticon yang sebenarnya tidak pernah direalisasikan sepenuhnya. Namun, konsep Panopticon tetap memiliki pengaruh yang kuat dalam pemikiran sosial dan teori kekuasaan, serta menjadi metafora penting dalam kajian privasi, kebebasan, dan pengendalian sosial.
Pada intinya Jeremy Bentham menggambil konsep adalah sebagai model pendisiplinan untuk masyarakat agar mereka sadar bahwa berbuat kejahatan itu ada yang namanya karma atau timbal balik, dan siapapun yang berbuat kejahatan ia akan di Punishment atau yang lebih familiar kita sebut adalah hukuman, contoh hukuman yang tepat untuk pelaku kejahatan ialah dengan cara memenjarakan orang tersebut, Panoptisme mensyaratkan adanya disiplin yang merupakan metode, yang memungkinkan kontrol yang detil terhadap tubuh, dan memastikan adanya penguasaan secara terus-menerus terhadap potensi tubuh serta meletakkannya dalam hubungan ketaatan. Disiplin telah menjadi pernyataan kekuasaan sejak abad 18. Kepatuhan mempunyai arti kain sama perhambaan sebab tak ada dikuak atas hasil kepemilikan tubuh. Kepatuhan tak sama penjinakan, ialah adanya aliran darah semang sama pelayannya yang seolah olah dibuat atas dasar kemauan semang.

Contoh study kasus di konsep Panopticon dari Jeremy Bentham

Salah satu studi kasus terkenal yang membahas konsep panopticon Jeremy Bentham adalah sistem pengawasan di penjara Abu Ghraib di Irak pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, selama Perang Irak, terjadi skandal penyalahgunaan hak asasi manusia di penjara Abu Ghraib yang dijalankan oleh militer Amerika Serikat. Banyak tahanan yang ditahan di penjara tersebut mengalami penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi. Skandal ini melibatkan praktik-praktik seperti penahanan dalam posisi stres, penyiksaan fisik dan psikologis, penyalahgunaan seksual, dan penahanan dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Salah satu aspek yang terkait dengan konsep panopticon adalah adanya pengawasan yang konstan dan tidak terlihat. Dalam studi kasus Abu Ghraib, para tahanan ditempatkan dalam sel-sel individu yang memungkinkan pengawas untuk mengawasi mereka secara terus-menerus melalui kamera dan jendela dengan kaca cermin. Para tahanan tidak tahu kapan atau jika mereka sedang diawasi, sehingga mereka harus mengasumsikan bahwa pengawasan sedang berlangsung setiap saat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun