Mohon tunggu...
azieh
azieh Mohon Tunggu... -

Seorang kawula alit yang sedang berbenah diri menjadi lebih baik lagi untuk dunia akhirat. Yang memilih menunggu seperti Fatimah dipinang Ali. Seperti hanya seekor kupu2 yang berharap terbang melintas awan setinggi elang email : aziehcraft@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Rahasia

29 Juni 2016   10:27 Diperbarui: 29 Juni 2016   10:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya aku masih belum paham dengan yang ku rasakan saat ini. Apakah aku lega atau sedih atas kepergianmu untuk selama-lamanya. Tapi kenapa ada sebuah pernyataan kekurangajaran jika aku lega, entahlah. Aku merasa lega akhirnya tidak ada satupun dari tiga wanita yang memperebutkanmu lagi, mungkin lebih dari tiga (yang aku tahu hanya tiga). Wanita itu, Ibumu, aku dan gadis itu. Terkadang aku merasa kepergianmu merupakan sebuah cara Tuhan yang paling adil, meskipun ada luka dan sedih mendalam tertancap di hati kami masing-masing. Tentunya yang paling merasa kehilangan adalah ibu kamu, iya seorang ibu yang begitu mencintai anaknya.

Tapi aku terkadang melihat seperti seorang ibu yang begitu egois, seorang ibu yang begitu keukeuh dengan dalih untuk kebahagiaan anaknya kelak. Iya, seorang ibu yang melarang anaknya menikah sasmpai tiga kali dan aku merupakan wanita ketiga yang ditolaknya, dalih yang diberikah karena kamu belum memiliki rumah sendiri. Entahlah, mungkin hanya sebuah pemikiran kotor dari saya yang telah ditolak, seperti suatu barisan sakit hati. Aku sudah merasa begitu ikhlas dengan penolakan yang telah diberikan oleh ibu kamu, tapi kamu berusaha untuk memperjuangkan aku, atau kamu merasa sudah bersalah kepadaku dan kedua orang tuaku karena berjanji akan membawa keluargamu bertandang ke rumahku. Kamu tahu itu bertahan selama dua puluh bulan, aku menantimu.

Aku berdoa untukmu dan kedua orangtuamu agar segera dibukakan pintu hatinya untuk menerimaku. Semua terasa manis selama penantian delapan belas bulan, semua perhatian kamu berikan kepadaku, tapi dua bulan terakhir terasa begitu hampa dan ada gadis lain yang hadir. Tahukah kamu, meskipun aku tahu aku selalu pura-pura tidak tahu. Aku memendamnya sendirian, aku menangis sendirian. Dalam masa abu-abu hubungan kita, seharusnya kamu tegas akan memilih siapa buakannya mencampakkan aku, aku yang selalu meminta bertemu untuk meminta kejelasan hubungan kita selalu kamu tolak untuk bertemu.

Saat kita bertemu kamu selalu bilang bahwa semua baik-baik saja. Aku percaya karena itu keluar dari mulut kamu, tapi aku mersasa bahwa ini tidak baik-baik saja. Hingga suatu malam kamu mengirimkan sebuah pesan bahwa kamu menyerah, kamu menyerah untuk memperjuangkan aku, kamu menyerah untuk memperjuangkan mendapat restu dari orang tua kamu. Iya, kamu memutuskan aku tapi melalui pesan singkat. Begitu pengecut atau apa, tapi aku lega akhirnya kamu meilih salah satu antara aku atau dia, Gadis itu.

Gadis itu yang begitu aktif di akun facebooknya , menuliskan sebuah status tentang rencana kamu dan kedua orang tuamu untuk tahun depan ke boyolali, dalam rangka untuk melamar mungkin. Entahlah, aku begitu kacau begitu tahu hal ini. Yang aku masih heran adalah saat  aku tanya secara langsung ke gadis itu ada hubungan apa kamu dengan dia. Dengan polosnya dia menjawab jika tidak ada hubungan apa-apa denganmu, hanya sekedar kenalan saja. Tutur katanya begitu lembut, beda denganku. Tetapi, kenapa ada kebohongan yang keluar dari mulutnya. dan sekarang yang dia ucapkan menjadi kenyataan, kamu sudah pergi untuk selama-lamanya. Iya, akhirnya kalian benar-benar tidak punya hubungan apa-apa.

Apakah kamu tahu, ayahku orang yang paling kusayangi dan sempat aku bantah saat aku disuruhnya berhenti berhubungan denganmu masih merasa kecewa dengan orang tuamu. Bagaimana tidak, kami sekeluarga menunggu kedatanganmu dan keluargamu tapi kalian tidak kunjung datang. Kecewa, bagaimana tidak kamu yang datang mengawali berbicara dengan orang tuaku jika akan serius kepadaku, tapi kamu belum ijin dengan kedua orang tuamu akan rencanamu itu. Dan saat kedua orangtuamu tahu rencanamu, kamu dibantah habis-habisan oleh orang tuamu. Semua dengan dalih kamu belum mapan, kamu belum punya rumah.

Dan akhirnya kamu tidak meluruskan ke orang tuaku langsung, kamu memulai sesuatu tapi tidak menyelsaikannya. Kamu tahu saat aku dating melayat ke rumah mu untuk berbela sungkawa kepada keluargamu, aku mendapat sambutan acuh tak acuh dari ibu kamu. Meskipun ayahmu sempat berbasa-basi denganku sebentar saja. Berbeda dengan kedatangan gadis itu yang mendapat sambutan hangat dari keluargamu, aku ikhlas kok. Di sini aku semakin sadar diri saja, kalau aku memang benar-benar tidak bias diterima di keluargamu (mungkin karena fisik badanku yang gemuk) tapi aku bersyukur kita tidak jadi menikah akhirnya.

Begitu jahatnya aku bersyukur, iya segala sesuatu harus kita syukuri. Karena ini semua sudah merupakan takdir yang Tuhan berikan kepada kita. Aku bersyukur aku bisa ikhlas dengan semua ini. Aku bersyukur kita tidak jadi bersama. Aku bersyukur aku bisa banyak belajar lagi. Aku bersyukur mengetahui rahasiamu saat kamu benar-benar sudah pergi dari dunia ini. Mungkin jika aku mengetahuinya saat kamu masih hidup aku akan begitu marah dan membuatmu merasa bersalah.

Semoga kamu tenang di sana, aku masih sayang padamu meskipun kamu pernah berhianat kepadaku. Meskipun kamu sering berbohong kepadaku. Aku akan berdoa agar ibu kamu dan gadis itu bisa merelakanmu, aku selalu berdoa yang terbaik untuk kita dan ternyata ini yang terbaik yang Tuhan berikan untuk kita.

Ar. 29 juni 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun