Mohon tunggu...
Azi Wansaka
Azi Wansaka Mohon Tunggu... Mahasiswa Sejarah

Pengasuh @silenthistory.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Review Agricultural Involution and Its Critics, Twenty Years After by Benjamin White

27 Februari 2025   03:15 Diperbarui: 27 Februari 2025   03:08 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/d/d3/AgriculturalInvolution.jpg

Tulisan ini merupakan sebuah karya dari Clifford Geertz yang membahas mengenai pertanian di Indonesia. Secara spesifik Geerts sebenarnya menyoroti bagaimana perkembangan pertanian di wilayah tersebut. Geertz dalam bukunya tersebut mengenalkan konsep involusi pertanian atau peningkatan kompleksitas internal pertanian tanpa adanya perubahan struktural yang signifikan. Ia menyoroti bagaimana pertanian sawah di Jawa dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja tanpa adanya peningkatan produktivitas per kapita secara signifikan. Selain itu di dalam bukunya itu ia juga mengenalkan konsep kemiskinan yang dibagi rata, dimana sumber daya tersebar secara merata di antara populasi petani tanpa adanya diferensiasi kelas yang tajam.

Karya dari Geertz ini menjadi salah satu referensi kalangan ilmuwan sosial terutama dalam menyoroti kebijakan. Dalam studi agraria. Meskipun seringkali mendapatkan kritik, tidak bisa dipungkiri bahwa tulisannya ini menjadi salah satu tulisan yang diadopsi dalam kajian sosial dan ekonomi. Salah satu kritikan yang seringkali didengungkan adalah mengenai kurangnya bukti empiris, yakni pada penelitian selanjutnya menunjukan bahwa konsep ini tidak didukung oleh bukti empiris dan historis yang kuat.

Selain itu muncul juga kritikan mengenai gambaran antara budidaya tebu dan padi sebagai hubungan simbolik. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa aspek tenaga kerja jauh lebih menentukan daripada faktor ekologis. Selain itu pada konsep kemiskinan yang ia jabarkan dipatahkan oleh studi mengenai stratifikasi sosial yang signifikan. Tak hanya itu Geertz uga dianggap terlalu fokus pada aspek budaya dan kurang memperhatikan faktor ekonomi dan politik.

Namun, meskipun mendapatkan kritikan setelah para ilmuwan yang memberikan kritik terhadap Geertz juga seharusnya mendapatkan kritikan balik. Hal ini karena mereka yang memberikan kritikan juga nyatanya tidak menawarkan alternatif yang lebih baik. Beberapa penelitian baru menekankan peran kebijakan negara dan kapitalisme dalam membentuk struktur pertania di Jawa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun