Mohon tunggu...
Azharinas Rasya
Azharinas Rasya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi - FIS UNJ

People says you need to understand each other by seeing things from the others Point of view. So please, here enjoy my point of view :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Karakter Berpikir Kritis Pada Mahasiswa Pasca Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   19:23 Diperbarui: 31 Oktober 2022   19:30 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

B. Faktor Pengaruh berpikir kritis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis pada mahasiswa, diantaranya:

  • Kondisi fisik : Kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang ada.
  • Kecemasan : Kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif,memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir.

C. Langkah-langkah berpikir kritis

Berpikir kritis merupakan kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang sejak lahir, akan tetapi kemampuan berpikir kritis ditumbuhkan melalui proses-proses pembentukan dan pengembangan. Untuk menjadi pemikir kritis yang baik dibutuhkan kesadaran dan keterampilan memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir kritis yang baik, sehingga kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan pola yang baik. Keadaan berpikir kritis berarti bahwa seorang terus mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna), menciptakan dan mengeksplorasi alternative dan terlibat dalam skeptisisme reflektif (pemikiran yang tidak mudah percaya) atas informasi yang diterimanya.

Menurut Kneedler dari The Statewide History-social science Assesment Advisory committee, mengemukakan bahwa langkahlangkah berpikir kritis itu dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah: (Surya, 2011)

  • Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
    Dalam langkah ini yang menjadi pembahasan yaitu mengindentifikasi masalah, membandingkan kesamaan dan perbedaan, memilih informasi, serta merumuskan masalah.

  • Menilai informasi yang relevan
    Untuk dapat menilai relevansi suatu informasi perlu terlebih dahulu memastikan bagaimana fakta sebenarnya, suatu hasil nalar (judgment) serta opini yang ada sebagaimana mengacu pada konsistensi asumsi tersebut. Identifikasi lebih lanjut dengan mengenali kemungkinan stereotype, bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat (semantic slanting). mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

  • Pemecahan masalah
    Pada langkah terakhir ini yang dilakukan oleh seseorang yaitu mengenali dahulu data, meramalkan resiko yang terjadi atas keputusan yang diambil.

D. Usaha pembentukan kemampuan berpikir kritis

Pembentukan kemampuan berpikir kritis seseorag sejatinya bbisa dilakukan dengan cara apa saja mulai dari usaha yang melibatkan keluarga atau teman dekat hingga pendidikan. Pada kali ini akan berfokus pada bagaimana caranya menumbuhkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pasca pandemi, karena saat pandemi kemampuan berpikir mahasiswa perlu diakui cenderung menurun. Usaha yang dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa dengan melibatkan orang sekitarnya ialah dengan cara memperbanyak diskusi serta kajian literature megenai suatu kasus, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pada kegiatan diskusi dan kajian akan sangat banyak kasus-kasus yang dibahas yang mana di dalam suatu diskusi pastinya terdapat banyak pandangan yang berbeda-beda menyikapi suatu kasus yang dibahas pada diskusi tersebut. Diskusi dan kajian juga berguna untuk menambah wawasan seorang mahasiswa karena kebanyakn diskusi akan membahas suatu topik secara mendalam dengan memperhatikan teori, ilmu, serta data yang berhubungan dengan topik yang sedang dibahas.

Selanjutnya dengan melibatkan pendidikan, dalam hal ini yaitu pada pembelajaran. Salah satu model yang bisa dipakai oleh institusi pendidikan dalam menumbuhkan pikiran kritis dari mahasiswa maupun orang lain yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran Cooperative tipe Group Investigation. Slavin mengemukakan model pembelajaran Cooperative tipe Group Investigation terdiri dari enam tahap meliputi: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, dan evaluating. (Slavin, 2005)

Pada tahap investigation siswa dapat meningkatkan kemampuan mengatur strategi dan taktik meliputi menentukan solusi dari permasalahan dan menuliskan jawaban dari solusi permasalahan dalam soal. Selain itu, pada tahap investigation mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan lanjut meliputi kegiatan analisis dan sintesis. Pada tahap presenting dan evaluating, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan menarik kesimpulan dari penyelesaian suatu masalah dan menentukan alternatif-alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah.

Keterlibatan mahasiswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada mahasiswa untuk lebih mempertajam gagasan dan dosen akan mengetahui kemungkinan gagasan mahasiswa yang salah sehingga dosen dapat memperbaiki kesalahannya. Dalam pembelajaran tipe group investigation, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dalam pembelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena mahasiswa sebagai obyek pembelajar ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.

KESIMPULAN

Berpikir kritis merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh setia individu terlebih oleh para siswa serta mahasiswa yang mana mereka sebagai objek belajar. seseorang dapat dikatakan berpikir kritis jika seseorang mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut. Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti: percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. Usaha untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa dapat memanfaatkan orang sekitar serta melalui proses pendidikan, yang mana jika memanfaatkan orang sekitar yaitu bisa berupa diskusi dan kajian literature yang mana dirasa hal tersebut bisa menambah wawasan karena terdapat pembahasan secara mendalam topik yang sedang dibahas serta terdapat berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh para peserta diskusi. Selain iitu dalam hal proses pembelajaran, dapat menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Group Investigation karena pada model pembelajaran serta tipe ini mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran yang mana terdiri dari 6 langkah yaitu grouping, planning, investigation, organizing, presenting, dan evaluating. Pada model dan tipe pembelajaran ini juga memberi peluang kepada mahasiswa untuk lebih mempertajam gagasan dan dosen akan mengetahui kemungkinan gagasan mahasiswa yang salah sehingga dosen dapat memperbaiki kesalahannya.


DAFTAR PUSTAKA

Masyitho, D., & Arfinanti, N. (2021). Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) Pada Era New Normal terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah Aliyah. Jurnal Pendidikan Matematika.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning:Theory, research, and practicical guide to cooperative learning. Allymond Bacon.

Surya, H. (2011). Strategi jitu mencapai kesuksesan belajar. Elek Media Komputindo.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun