Saya dan Tiarlin Apridawati Agatha  tadi pagi ikut antri sarapan Gudeg Mbah Lindu di Sostrowijayan, Yogyakarta. Gudeg Mbah Lindu sekarang dilanjutkan oleh Mbok Linda, putrinya Mbah Lindu.Â
Hari Selasa lalu ketika kami tiba di Yogyakarta, dari bandara kami langsung makan siang di gudeg Mbah Lindu. Beruntung kami dapat makan gudeg Mbah Lindu. Setelah makan baru kami menuju hotel di daerah jalan AM Sangaji.
Minggu lalu juga ketika rombongan FAKTA ada kegiatan di Yogyakarta, saya ajak teman-teman sarapan di Gudeg Mbah Lindu. Tetapi yang mau ikut bersama saya sarapan di Gudeg Mbah Lindu hanya mas Ary S Wibowo, mbak Sumiati Afandi dan pak Normansyah saja. Kami berempat harus antri panjang untuk sarapan Gudeg Mbah Lindu.Â
Setelah antri sekitar 15 menit barulah kami dapat giliran memesan dan menikmati sarapan gudeg di Sostrowijayan.Luar biasa memang Gudeg Mbah Lindu atau sekarang menjadi Gudeg Mbok Linda tetapÂ
Mbah Lindu memiliki cara yang menarik dan ramah kepada para pelanggan gudegnya. Keramahan ini diteruskan oleh mbok Linda dalam melayani dan membuat gudegnya.
Saya sendiri setiap kali berkunjung atau ada kegiatan di di Yogyakarta, berusaha untuk setidak ya satu kali sarapan Gudeg Mbah Lindu sejak tahun 1988an. Saya mengenal dan ikutÂ
Sampai sekarang suasana dengan sensasi berbeda itu tetap dipertahankan oleh Mbok Linda sebagai suasana  dan rasanya khas Gudeg Mbah Lindu.Kota Yogyakarta memang "ngangenin" karena suasananya, dan juga karena gudegnya, salah satunya makanan khas Yogyakarta, Gudeg Mbah Lindu.Â
Memang banyak pedagang gudeg di kota Yogyakarta sehingga Yogyakarta juga  di sebut Kota Gudeg.  Semua pedagang gudeg memiliki ciri atau rasa andalannya. Untuk Gudeg MbahÂ
Setidaknya satu kali kesempatan dalam setiap kunjungan ke  Yogyakarta saya perlu  makan Gudeg Mbah Lindu. Selain itu saya juga membawa Gudeg Mbah Lindu sebagai oleh-oleh pulang ke rumah.