Alah! Bukankah kemerdekaan itu tidak ada? Ia tetap terbelenggu. Terikat dalam kewajiban-kewajiban.Â
Biar begitu, Pak Supono merasa, bahwa meski merasa terkungkung, kok anehnya bila disyukuri, terasa juga nikmatnya.Â
Apakah jangan-jangan  kemerdekaan selama ini seperti tetek-bengek kehidupan yang lain, tidak patut dipertanyakan? Hanya perlu dijalani dan disyukuri?
Tapi bila dulu, para pahlawan itu,  berhenti untuk bertanya, menjalani keterkungkungan dan lantas hanya mensyukurinya, apa iya proklamasi  kemerdekaan itu akan tercatat dalam sejarah pada akhirnya?Â
Loh kok jadi bertanya lagi. Semakin dipikirkan malah tambah pusing. Akhirnya Pak Supono memilih nyusul tidur saja. Seperti Istrinya di sebelah yang telah mendengkur dari tadi
...
Pagi hari ketika Pak Supono nyekrol berita di temlen instogram, sembari ngopi dan ngelepus, Â ia begitu terkejut. Pak Supono menemukan berita seorang ibu-ibu meninggal ketika lomba tujuhbelasan.Â
Diputarnya video, seorang perempuan yang sepertinya masih cukup muda, postur badannya sedang, terlihat tengah begitu semangat empat-lima, seperti air yang dipompa begitu kuatnya oleh sorak-sorai para penonton.Â
Ia melompat dengan karungnya, dan berhasil memimpin di posisi pertama. Tiba-tiba saja setelah berputar arah, perempuan itu terjatuh dan tak sadarkan diri, bersamaan sorak sorai penonton yang berhenti.Â
Dalam berita itu disebutkan, bahwa sang perempuan warga  Tasikmalaya itu diduga mendapatkan serangan hipertensi mendadak.Â
Mirisnya, perempuan itu baru dua bulan lalu melahirkan seorang anak.(sumber berita: akun instagram timesindonesia)