Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Antara Resah dan Gelisah

24 Februari 2021   13:53 Diperbarui: 24 Februari 2021   13:53 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Supono kemarin habis ikut tes cepat dari tempat ia bekerja. Semenjak pandemi--yang bikin semua aktivitas dan segala lini kehidupan masyarakat agak kacau balau itu--tes cepat di tempat kerjanya itu memang dijadwalkan secara rutin. Selama ini Supono juga jadi jarang berangkat kerja, hanya sesekali, jadi seringnya kerja dari rumah saja.

Sepuluh menit menunggu hasil--selepas ujung jarinya dicolok jarum--sambil ngelepus bersama rekan-rekannya yang lain di depan ruko, namanya pun di panggil. Hasilnya negatip. Rekan-rekannya satu per satu juga dipanggil, beberapa orang positip dan disuruh pulang untuk isolasi mandiri beberapa hari di rumah, sebelum kembali ke tempat kerja dan di tes kembali.

Seharian orderan sepi. Sore itu sebelum pulang Supono dan Roman, seorang rekannya yang juga kawan karibnya, merenungi nasib, sambil ngopi dan ngelepus, saling bertukar pikiran, kadang hanya ngalor-ngidul ngobrol di rooftop, perihal hari-hari yang semakin lama semakin menyiksa batin mereka. Meski merasa masih sukur alhamdulillah masih punya pekerjaan di antara banyaknya orang kena pengurangan tenaga kerja. Tapi mereka bertanya-tanya entah sampai kapan hari-hari menyiksa ini akan berakhir.

Tak ada jaminan mereka-mereka itu bakal selamanya begitu-begitu saja. Kecemasan melanda mereka. Di antara kecemasan keadaan penyakit yang berkembang di luar sana, mereka juga cemas akan nasib penghidupan mereka.

"Yah, pasrahkan saja, pada Gusti Alloh." Begitu biasanya Supono berucap. Menyelesaikan banyak keresahan-keresahan di pikiran keduanya itu dengan kalimat penutup setengah putus asa.

"Kamu sih enak, No, sudah punya bini. Saya nambah resah karena masih jomblo, " keluh Roman.

"Lah, dikira punya istri bisa ngurangin resah?"

"Setidaknya, kan, ada teman berbagi resah, ada yang dikelonin."

"Lah, kan ada kawanmu ini, ada emak bapakmu di rumah. Boro-boro dikelonin. Ini sudah dua minggu dia uring-uringan saja kerjanya. Barangkali sedang PMS."

Memang benar, sudah dua minggu, di rumah, tiap Supono mendekati Marsini di kasur, ia malah menyuruhnya menjauh. Bau katanya. Ketika malam itu kemudian pulang dari tempat bekerja, Supono sudah mendapati Marsini sedang duduk manyun di kasur. Membuka-buka lembaran sebuah buku novel.

Malam itu malam Jumat. Supono tidak patah semangat, perlahan ia mengendap-endap, mendekati Marsini sejengkal demi sejengkal, ketika kemudian Marsini membentaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun