Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maryam dan Bunga yang Mekar

23 November 2020   13:21 Diperbarui: 25 November 2020   12:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari Maryam terkejut. Tidak sepenuhnya yang dikerjakannya adalah kesia-siaan. Ada beberapa bunga yang dirawatnya pada akhirnya mekar meski tidak terlalu sempurna. Mereka tak mati. Mereka bertahan hidup dari racun yang disemprot oleh petugas-petugas itu!

Hal itu membuatnya keheranan setengah mati. Ternyata ada juga buah dari kerja kerasnya. Itu saat-saat yang merubah gulita dalam dadanya jadi terang benderang. Begitu terang sampai matahari yang bertengger di langit itu tersaingi. Ia menciumi bunga-bunga yang mekar itu dengan penuh birahi.

Tentu saja ia juga merasa menang dari Pono dan melupakannya sejenak. Biar soal Pono selintas  berlalu dan biar perempuan itu mencumbu bunga-bunga yang mekar itu penuh nafsu. Dilantunkannya lagu-lagu dangdut syahdu dan mengajak mereka semua bergoyang mengikuti irama. Berlama-lama ia menikmati waktu dengan bunga-bunga itu tanpa sadar waktu berlalu, tak mau pulang karena masih ingin di sana, di taman itu, menikmati hasil usahanya yang telah sekian lama dinantinya.

Diceritakannya dongeng-dongeng tentang peri-peri dan kilau cahaya surga. Diceritakannya apa saja yang pernah diceritakan Pono pada bunga-bunga itu. Diceritakannya tentang kemarau dan hujan, tentang putri-putri cantik dan bidadari kahyangan, diceritakannya semua yang ia pernah tahu dan membuat bunga-bunga itu semakin cantik karena gembira. Ia ingin bunganya selalu bahagia dan terus begitu. Ia tak akan biarkan lagi ada yang mengganggu.

Ia bermalam di sana, menghabiskan waktu terus menerus bersama bunga-bunganya. Diajaknya bunga-bunganya minum anggur dan menikmati angin dingin malam sambil bertukar cerita. Dihangatkannya para bunga itu dengan sedikit bara yang dikeluarkannya dari matanya. Tak mau terpejam barang sejenak. Ia takkan biarkan apapun mengganggunya dan bunga-bunganya. Ia mencintai mereka. Teramat mencintai mereka.

Tapi toh akhirnya ia terlelap juga. Tidurnya amat nyenyak, sampai ia bermimpi indah malam itu. Di dalam mimpi bunga-bunga itu ada dalam kamarnya, menemaninya sepanjang hari, menemani hari-hari kosongnya bila tak berjumpa dengan Pono.

"Teruslah cantik dan berseri bunga-bungaku sayang," Gumamya dalam mimpi.

Sekali lagi pagi yang hangat datang, mengganti kelam malam yang panjang. Menawarkan hari baru dengan semangat baru. Silau terik mentari membangunkannya, matanya sedikit demi sedikit terbuka, dan menemukan ia berbaring di sana, di taman bunga, seorang diri. Tak ada apa-apa kecuali ilalang yang mulai tumbuh tinggi dan tunas-tunas bunga yang baru muncul.

"Kemana mereka merampas bungaku!!!!"

Ia mengerang seharian. Meraung-raung di tengah padang, ditemani kesunyian.

...

Cipayung, November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun