Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hati

21 November 2020   12:33 Diperbarui: 21 November 2020   12:36 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Apakah namaku ada dalam hatimu?" Tanya Maryam.

Pono tak menjawabnya. Hanya diam. Sekali lagi Maryam bertanya,

"Apa sebenarnya yang ada dalam hatimu?"

Bukannya menjawab, si lelaki kurus malah mengajaknya piknik pagi buta itu di emperan pertokoan yang telah sepi. Di samping orang-orang jalanan yang tidur semaunya beralaskan kardus. Pono menunjuk gerobak di mana anak mereka tertidur dengan mimpi indah. Pono pun balik bertanya,

"Apa kau merasakan perasaan mereka?"

Maryam terdiam, Pono memintanya menahan bara api pada matanya. Jangan sampai bergejolak keluar dan membinasakan segala. Pono bersandar pada tiang tembok salah satu ruko dan memejamkan mata. Maryam di sisi lain mengikuti.

"Dengarkanlah. Dengarkan senandung yang menyayat-nyayat kalbu."

Maryam mengikuti apa yang Pono minta. Dipejamkannya mata, mencoba memasang kuping lebih keras. Hening. Hanya ada suara kendaraan lalu lalang, juga suara deham atau batuk orang-orang jalanan sesekali.

"Tak ada apa-apa," Protes gadis itu.

"Kupingmu menipumu. Nikmatilah merdunya orkestra maha dahsyat ini dalam sanubari."

Maryam butuh waktu lama untuk mengerti, sampai terdengar suara gesekan angin yang terasa seperti biola mendayu-dayu menyayat hatinya. Meronta, menggeram murka, merobek-robek dada. Ada gemuruh perkusi, ada lengkingan rintihan senandung entah darimana, suaranya seperti perempuan dan bapak tua, berpadu seperti paduan suara yang biasa di dengarnya dalam gereja. Gila juga lelaki kurus itu. Keheningan tadi menjelma sebuah orkestra persis seperti apa yang dikatakannya. Membuat keran di matanya bocor dan merasakan deras air keluar membasahi badan, lalu terus membasahi lantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun