Bahasa, satu kata yang bermakna luar biasa. Menjadi sebuah kebiasaan dalam berkomunikasi pada setiap insan manusia. Dalam masa waktu yang dilewati, bahasa Indonesia mulai tumbuh dan berkembang. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia sesuai Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 untuk menghindari kesan imperialisme bahasa apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Bahasa terkait resmi digunakan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya sehari sesudahnya bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun semenanjung Malaya. Hingga kini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup dan terus menghasilkan kata – kata baru baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penutur Bahasa Indonesia kerapkali menggunakan versi sehari-hari ( kolokial ) dan mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Pada awal abad ke-20, perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia ( sebagai Hindia-Belanda ) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904, Persekutuan Tanah Melayu ( kelak menjadi bagian dari Malaysia ) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu ( dimulai tahun 1896 ). Van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta. Selanjutnya, perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia. Perbendaharaan bahasa Indonesia diperkaya oleh kata serapan dari berbagai bahasa asing, misalnya dari bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, dan Arab. Kata-kata serapan itu masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui empat cara yang lazim ditempuh yaitu adopsi, adaptasi, penerjemahan, dan kreasi. Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing yang diserap secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, mall, hotdog merupakan contoh cara penyerapan adopsi. Cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing yang diserap dan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata seperti pluralisasi, akseptabilitas, maksimal, dan kado merupakan contoh kata serapan adaptasi. Kata-kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari bahasa asalnya ( pluralization dan acceptability dari bahasa Inggris, maximal dari bahasa Belanda, serta cadeu dari bahasa Prancis ). Pedoman pengadaptasiannya adalah Pedoman Penulisan Istilah dan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Cara Penerjemahan terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam kata bahasa asing kemudian mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata-kata seperti tumpang-tindih, percepatan, proyek rintisan, dan uji coba adalah kata-kata yang lahir karena proses penerjemahan dari bahasa Inggris overlap, acceleration, pilot project, dan try out. Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata bahasa Indonesia dengan sinonim, istilah hasil terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Cara Kreasi terlihat dari banyaknya bahasa yakni bahasa gaul, bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa prokem, bahasa SMS dan bahasa yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini yaitu bahasa Alay.
Termasuk kata Kru dan Crew. Ketika kata tersebut saja dipermasalahakan, tergeruskah bahasa Nasional akan bahasa Asing ? Crew sebenarnya berasal dari bahasa asing Inggris yang diadopsi ke Indonesia tanpa mengubah tulisan. Sama dalam tulisan dan pengucapan. Hanya saja kebanyakan orang menafsirkan bahwa kata Crew sudah merupakan bahasa Indonesia yang baku dan benar. Padahal, menurut Kamus Besar dan Umum Bahasa Indonesia ( KUBI dan KBBI ) di Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang benar ditulis yaitu Kru dengan lebih populer padanan kata Kerabat Kerja dan Awak Kapal atau perahu dalam situs badanbahasa.kemdiknas.go.id. Memang bahasa selalu saja berkembang mengikuti perkembangan era sehingga semakin bervariasi. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya selalu membaca agar mengetahui sejauh mana bahasa berkembang sehingga tidak menjadi manusia bodoh dalam bahasa secara tidak sadar bahwa muncul kata – kata baru yang menjadi tradisi namun terdengar asing. Ya memang sudahlah terbiasa dengan kata yang sekiranya menjadi populer dalam masyakarakat pada umumnya.
Presented by Ayu Yulia Yang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI