Salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta yaitu pasar Ngasem ini bukan hanya tempat berbelanja sayuran atau bumbu dapur lainnya, namun di pasar Ngasem ini kita bisa menemukan kekayaan budaya dan kuliner lokal yang otentik. Saat berjalan-jalan di sini, saya melihat banyak jajanan pasar, seperti dawet, cemilan kering, pisang ijo, getuk, dan lainnya. Tapi salah satu tenant bernama Wingko Ngasem menarik perhatian saya, karena bentuknya yang bulat sederhana, aromanya harum, dan kelihatan masih dibuat secara tradisional.
Wingko Ngasem adalah salah satu varian Wingko yang cukup dikenal di Pasar Ngasem, Yogyakarta. Meskipun Wingko lebih umum diasosiasikan dengan Semarang atau Lamongan, di Yogyakarta khususnya di kawasan Pasar Ngasem terdapat penjual tradisional yang menjajakan Wingko dengan ciri khas lokal.Saya tertarik membeli Wingko Ngasem karena ini bukan hanya sekadar makanan, Wingko adalah bagian dari warisan kuliner yang sudah ada sejak lama. Wingko ini jika membelinya langsung dari pasar seperti ini juga membantu mendukung pedagang pasar dan pelaku usaha tersebut yang masih melestarikan resep turun-temurun.
Wingko terbuat dari kelapa parut, gula, dan tepung ketan, yang kemudian dipanggang hingga berwarna kecokelatan. Rasanya yang manis, gurih, dan aromanya yang khas membuat Wingko menjadi favorit banyak orang, baik sebagai oleh-oleh maupun camilan sehari-hari. Ada pula resep yang menambahkan sedikit santan agar rasanya lebih gurih dan teksturnya lebih lembut.
Spesialnya Wingko Ngasem disini adalah pembuatannya yang langsung diperlihatkan kepada para konsumen nya dan disajikan juga langsung setelah matang juga masih hangat. Pembuatan Wingko Ngasem dari kelapa parut yang dicampurkan dengan gula dan tepung ketan dalam wadah besar. Kemudian bahan tersebut diaduk rata sambil ditambahkan sedikit air hingga adonan menjadi kalis dan bisa dibentuk.
Adonan dibentuk bulat pipih seperti koin besar atau mini pancake. Ukurannya bisa disesuaikan selera, namun harus dengan ukuran yang sama atau setidaknya mirip dengan bentuk lainnya. Adonan yang sudah dibentuk kemudian dipanggang di atas wajan datar hingga berwarna kecokelatan di kedua sisi. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 10--15 menit agar matang merata.
Cara pemanggangan Wingko Ngasem yang masih mempertahankan cara tradisional untuk menjaga rasa khas Wingko yang otentik. "Saya tertarik dengan makanan ini karena Wingko disajikan saat masih panas jadi enak sekali jika langsung di makan," ucap Mega, salah satu pelanggan. Wingko memiliki rasa manis dan gurih yang berasal dari kombinasi kelapa dan gula. Teksturnya yang sedikit kenyal dan padat, namun tetap lembut di mulut. Ketika digigit, aroma kelapa yang harum langsung terasa dan memberikan sensasi nostalgia bagi banyak orang.
Di tempat Wingko Ngasem ini masih menjual dengan rasa original tanpa adanya variasi rasa lainnya. Namun, rasa original tersebut tetap menjadi favorit karena dianggap dapat menjaga rasa yang otentik dan menggambarkan cita rasa tradisional Indonesia. Karena dijual di pasar tradisional dan dibuat langsung oleh pedagangnya, harga Wingko Ngasem relatif murah. Dapat dibeli satuan yaitu dengan harga Rp.3.000 atau juga bisa dibeli per bungkusnya dengan harga Rp.30.000 dengan isi 10 biji wingko yang cocok untuk camilan di rumah atau dapat dijadikan sebagai oleh-oleh dalam jumlah kecil. "Tujuan utama saya ke pasar Ngasem ini hanya untuk membeli Wingko karena harganya terjangkau juga makanan ini untuk oleh-oleh keluarga saya yang ada di rumah," ucap Atik, salah satu pelanggan Wingko Ngasem.
Selain menjajakan Wingko, di Wingko Ngasem juga menjual dan menawarkan bakpia dengan hanya menyediakan rasa original saja yaitu kacang hijau. Penyajian dari bakpia juga sama persis dengan wingko, namun dijual dengan harga yang berbeda. Bakpia sendiri dijual dengan harga satuan Rp.2.000 atau membeli per bungkusnya dengan harga Rp.20.000 isi 10 biji bakpia. Rasa dari bakpia yang dijual tidak kalah enaknya dengan bakpia yang ada di toko oleh-oleh lainnya.
Dengan membeli makanan tradisional di pasar seperti ini, kita bisa ikut membantu menjaga budaya lokal. Di zaman sekarang, ketika makanan cepat saji dan produk luar negeri semakin mendominasi, jajanan pasar seperti Wingko Ngasem bisa saja mulai ditinggalkan. Padahal, makanan seperti ini punya nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Saya mendukung pelestarian kuliner warisan nenek moyang kita. Makanan Wingko tradisional berarti ikut mendukung ekonomi lokal dan menjaga keberadaan makanan khas Indonesia. Wingko tradisional akan tetap bertahan karena memiliki ciri khas yang tidak tergantikan. Rasanya yang otentik, harganya yang terjangkau, dan nuansa lokal yang terasa kuat menjadikan Wingko lebih dari sekadar jajanan pasar, tetapi makanan Wingko ini adalah identitas budaya.