Erika Carlina didukung publik dan rekan-rekannya, sementara DJ Panda mulai ditinggalkan. Alfa menyebut ini sebagai "pertarungan dua circle" yang kekuatannya ditentukan oleh kejujuran dan empati.
"Circle Erika kuat karena dia jujur dan tidak main drama. Sedangkan circle Panda, walaupun dulu solid, mulai rapuh karena fondasinya gak jujur," kata Alfa.
Hal ini membuat reputasi Panda merosot, dan lebih parah lagi, ikut menarik Nathalie ke dalam lingkaran pembatalan job.
Cancel Culture Menyerbu Dunia Malam
Fenomena cancel culture yang sebelumnya banyak terjadi di dunia hiburan mainstream kini merambah dunia malam. Bagi MS Alfa, ini adalah fase alami.
"Dunia malam gak lagi bebas nilai. Netizen sekarang bukan cuma penonton, tapi pengadil moral. Siapa pun yang bermain-main dengan luka orang lain, akan kena giliran," katanya.
DJ Panda dan Nathalie sebelumnya kerap dianggap untouchable. Tapi kini mereka berhadapan langsung dengan gelombang masyarakat yang menuntut tanggung jawab---bukan hanya aksi panggung, tapi juga sikap pribadi.
Dari Gaya Sombong ke Cuci Tangan
Perubahan sikap DJ Panda yang semula sering tampil percaya diri dan menghibur, kini berubah drastis. Dalam beberapa live terakhir, gesturnya terlihat gugup, bahkan terkesan menghindar dari topik Erika.
"Itu transisi dari gaya tinggi ke fase cuci tangan. Dia bukan sedang membela diri, tapi kabur. Padahal secara lintrik, beban belum selesai. Itu baru awal," ucap Alfa.
Sementara itu, Nathalie yang awalnya menertawakan parodi tersebut, kini dilaporkan membatalkan sejumlah event luar kota setelah publik menyuarakan kekecewaan.
Saran untuk Semua: Panggung Boleh Glamor, Tapi Sikap Harus Punya Nilai
Di akhir pembacaannya, MS Alfa memberikan peringatan terbuka bagi semua pelaku dunia hiburan malam, terutama DJ dan konten kreator.