Tahukah kita bahwa produk tekstil Indonesia dan turunannya cukup diperhitungkan di dunia luar sana?
Pemerintah menargetkan, ekspor tekstil dan produk turunannya pada 2019 mendatang mencapai 15 milyar dollar AS. Dari tahun ke tahun, nilai ekspor tekstil ini selalu tumbuh dan memberi kontribusi besar bagi produk domestik bruto Indonesia.
Tidak hanya itu, industri tekstil ini juga merupakan sektor padat karya. Artinya, terjadi penyerapan tenaga kerja yang tinggi untuk menjalankan industri ini.
Sadar akan potensi tersebut, pemerintah pun serius menggarap industri ini. Beberapa waktu lalu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa industri tekstil dan turunannya, dapat menjadi andalan devisa bagi Indonesia. Bahkan berada pada peringkat ketiga penghasil devisa terbesar setelah sektor pariwisata dan kelapa sawit. (netralnews.com).
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mendukung pemerintah, khususnya Menteri Perdagangan dalam upaya mereka membuka akses serta pasar bagi produk tekstil Indonesia atau turunannya di luar negeri.
Karena saat ini, pemerintah sedang menyelesaikan berbagai perjanjian dagang dengan sejumlah negara. Kementerian Perdagangan juga sedang melakukan melakukan peningkatan ekspor melalui percepatan perundingan dan pembukaan akses pasar ke pasar nontradisional di kawasan Afrika seperti Tunisia, Maroko, dan Mozambik. Selain itu, Pemerintah turut mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN dengan negara-negara mitra strategis seperti Kanada, AS dan Rusia.
Peluang Indonesia merajai pasaran tekstil dunia juga terbuka makin lebar di saat ketidakpastian ekonomi global dan memanasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Cina. Karena kedua negara tersebut saling menutup pintu bagi produknya. Dengan kondisi kebutuhan yang terus ada, maka Indonesia wajib merebut celah pasar tesebut. Setidaknya mengambil sekian persen kebutuhan tekstil AS yang tadinya dipasok oleh Cina.