Mohon tunggu...
Ayu Evan Navyana Putri
Ayu Evan Navyana Putri Mohon Tunggu... Pelajar

Nama saya Ayu Evan Navyana Putri, saya saat ini sebagai pelajar di SMAN 3 Mojokerto Hobi saya adalah memasak dan bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ulah Para Siswa Picky Eater pada Program Makan Bergizi Gratis : Sebut Tak Enak

15 April 2025   11:41 Diperbarui: 15 April 2025   11:52 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makan bergizi gratis (Indonesia.go.id) 

Program makan bergizi gratis di sekolah merupakan langkah positif pemerintah dalam meningkatkan kesehatan siswa. Namun, efektivitas program ini seringkali terhambat oleh keluhan dari siswa yang tergolong picky eater. Mereka cenderung menolak makanan yang dianggap tidak sesuai dengan selera mereka, sehingga banyak makanan bergizi yang terbuang sia-sia. Akibatnya, tujuan utama program ini  yaitu memastikan siswa mendapatkan nutrisi yang cukup tidak tercapai secara maksimal.

Perilaku picky eater ini menunjukkan adanya kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya makanan sehat. Mereka lebih memilih makanan yang mereka sukai, tanpa mempertimbangkan nilai gizi yang dibutuhkan tubuh. Hal ini tidak hanya menghambat keberhasilan program, tetapi juga menciptakan tantangan baru dalam membentuk kebiasaan makan sehat di kalangan anak-anak.

Fenomena picky eater ini bukan sekadar teori, tetapi benar-benar terjadi di banyak sekolah. Seringkali, siswa menolak makan sayur atau lauk tertentu karena mereka menganggap rasanya tidak enak. Akibatnya, banyak makanan bergizi yang berakhir di tempat sampah, bukan di perut mereka. Hal ini sangat disayangkan, mengingat makanan yang disediakan dalam program ini telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak agar tumbuh dengan sehat dan cerdas.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa menjadi Picky Eater Salah satunya adalah kebiasaan makan di rumah. Jika anak-anak terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan yang kaya perasa buatan, mereka akan sulit menerima rasa alami dari makanan sehat. Selain itu, pengaruh lingkungan, seperti iklan makanan instan dan kebiasaan teman sebaya, juga memperkuat perilaku ini. Mereka lebih memilih makanan yang praktis dan lezat menurut lidah mereka, meskipun kandungan gizinya kurang baik.

Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat berdampak negatif dalam jangka panjang. Pola makan yang tidak sehat bisa menyebabkan kekurangan gizi atau bahkan obesitas, tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Selain itu, kurangnya asupan gizi seimbang dapat memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif siswa, yang pada akhirnya dapat berdampak pada prestasi akademik dan kesehatan mereka di masa depan.

Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya makan bergizi harus dilakukan sejak dini. Sekolah dan orang tua perlu bekerja sama dalam mengajarkan anak-anak mengenai manfaat dari makanan sehat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan menarik, seperti lomba memasak sehat, penyuluhan interaktif, atau bahkan program menanam dan mengolah makanan sendiri. Dengan cara ini, siswa tidak hanya diberi makanan sehat, tetapi juga memahami alasan di balik pentingnya mengonsumsinya.

Program makan bergizi gratis seharusnya menjadi langkah awal dalam membangun kebiasaan makan sehat di kalangan siswa. Namun, untuk mencapai hasil yang maksimal, perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak. Sekolah harus memberikan edukasi yang menarik, orang tua perlu membentuk kebiasaan makan sehat di rumah, dan pemerintah harus memastikan bahwa program ini tidak hanya menyediakan makanan bergizi, tetapi juga mengedukasi siswa tentang pentingnya nutrisi.

Jika semua pihak bekerja sama, maka tantangan picky eater dapat diatasi, dan program makan bergizi tidak hanya menjadi kebijakan yang baik, tetapi juga solusi nyata dalam meningkatkan kesehatan generasi muda Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun