Mohon tunggu...
Ayudya
Ayudya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa gizi yang sedang belajar dan tertarik menulis tentang gizi dan kaitanya dengan isu-isu sosial seputar generasi muda

Selanjutnya

Tutup

Healthy

KEK pada Remaja : Dampak Jangka Panjang Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia

24 September 2025   11:00 Diperbarui: 24 September 2025   11:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menuju Indonesia dalam mencetak Genersi Emas 2045 kita perlu menciptakan generasi sehat, cerdas, dan produktif  untuk mewujudkannya.  Remaja sering disebut sebagai “generasi emas” yang akan menentukan arah masa depan bangsa. Namun bagaimana dengan jika generasi emas ini justru malah rapuh sejak awal karena masalah gizi? Salah satu ancaman nyata yang masih mengintai remaja Indonesia saat ini adalah Kekurangan Energi Kronik (KEK).

Menurut data Riskesdas tahun 2018 bahwa prevalensi remaja putri usia 15-19 tahun di Indonesia  terindikasi terkena KEK dengan mencapai angka 36,3%, sementara remaja laki-laki dengan kelompok usia yang sama lebih rendah yakni 26,9%. Jika ditinjau angka ini cukup tinggi dan akan menjadi  salah satu ancaman serius bagi kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

KEK (Kekurangan Energ Kronis)  adalah kondisi ketika tubuh dalam jangka waktu lama atau menahun tidak mendapatkan  asupan energi dan protein yang cukup. Hal ini ditandai dengan ukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) kurang dari 23,5 cm (Hidayanti et al 2021). KEK ini awalnya sering tidak menampakkan gejala, tidak seperti penyakit pada umumnya. Namun jika terus dibiarkan maka dampaknya akan jauh lebih serius, sehingga KEK ini juga akan berpotensi memengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia kedepannya.

Mengapa Remaja Rentan mengalami KEK ? 

Masa remaja adalah periode pertumbuhan pesat yang membutuhkan cukup energi. Ada beberapa faktor yang membuat remaja rentan mengalami KEK. Pertama, pola makan remaja yang senantiasa melewatkan sarapan, kebiasaan konsumsi makanan instan, atau terlalu sering mengonsumsi jajanan yang rendah gizi. Kedua adalah tren diet ketat yang marak diikuti oleh remaja. Dibalik tren ini hanya akan membuat kebanyakan remaja tidak memperhatikan keseimbangan gizi, sehingga asupan energi pun jauh dibawah kebutuhan.

Selain itu, faktor ekonomi dan minimnya edukasi gizi juga berkontribusi dalam memperparah masalah ini. Jadi, meskipun hal ini terlihat  biasa saja dan kurang diperhatikan, tanpa sadar fakor-faktor ini akan berkontribusi dalam memperparah masalah KEK. Sehingga perlu dipertanyakan, bagaimana mereka bisa menjadi SDM unggul yang diharapkan dapat menopang kemajuan bangsa, jika pemenuhan gizinya seringkali masih diabaikan?

Dampak : KEK Bukan Sekadar Kurus

KEK pada remaja bukan serta merta berbicara tentang  tubuh yang kurus, tetapi dampak yang ditimbulkan jauh lebih luas dan langsung memengaruhi kualitas SDM, seperti :

  • Berdampak pada prestasi yang menurun : Otak membutuhkan energi untuk berpikir. Remaja dengan KEK akan lebih sulit berkonsentrasi, sehingga proses menerima pembelajaran akan terhambat. Penelitian dari Khayatunnisa et al (2021) menunjukkan adanya hubungan signifikan antara KEK dan daya konsentrasi remaja. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa remaja yang tidak memiliki KEK memiliki risiko 32, 1% lebih rendah mengalami penurunan konsentrasi belajar dibandingkan dengan remaja yang mengalami KEK. Sehingga kondisi ini akan berdampak pada menurunnya prestasi akademik, sebab pendidikan yang berkualitas adalah kunci dalam mencetak SDM yang unggul.
  • Pertumbuhan fisik tidak optimal : remaja dengan KEK memiliki pertumbuhan  tinggi badan yang tidak optimal. Menurut penelitian dari Sari & Khatimah (2024) bahwa KEK pada masa remaja akan berdampak pada perkembangan organ, ketidakoptimalan pertumbuhan fisik, serta mempengaruhi produktivtas kerja. Hal yang  sama juga disampaikan oleh UNICEF (2021) bahwa masalah gizi pada masa remaja berkontribusi pada berkurangnya produktivitas tenaga kerja di masa depan.  Selain itu penelitian dari Hidayanti et al (2021) juga mengatakan bahwa KEK berpengaruh  pada daya tahan tubuh yang lemah sehingga banyak remaja yang memiliki fisik yang lemah dan akan berpotensi mempengaruhi proses belajar. Maka dari semua hal ini akan cukup berdampak pada kuaitas dan daya saing SDM nasional. 
  • Gangguan kesehatan reproduksi. Pada remaja putri, KEK akan berdampak pada risiko melahirkan  bayi dengan berat badan lahir rendah di masa depan. WHO (2020) menekankan bahwa remaja perempuan dengan KEK akan berisiko dua kali lebih besar melahirkan anak stunting. Artinya masalah gizi yang tidak ditangani  berpotensi besar akan diwariskan pada generasi berikutnya

Dengan kata lain, KEK ( Kekurangan Energi Kronik) bukan hanya tentang masalah gizi, tetapi rantai yang dapat menurunkan kualitas SDM lintas generasi.

Upaya Pencegahan: Investasi untuk Generasi Emas 

KEK (Kekurangan Energi Kronis)  bisa diatasi sebagai bentuk investasi jangka panjang dalam mencetak generasi SDM unggul, yakni :

  • Peranan pemerintah sangat penting dalam memastikan akses pagan bergizi dapat lebih mudah dijangkau. Tujuannya adalah agar tidak ada lagi remaja yang tumbuh dengan kondisi kekurangan energi
  • Dalam tingkat rumah tangga, keluarga menanamkan kebiasaan makan sehat, karena SDM berkualitas lahir dari lingkungan rumah yang mendukung kesehatan
  • Remaja sendiri harus paham bahwa tubuh yang sehat adalah modal utama dalam mewujudkan mimpi. Dengan kesadaran ini, mereka bisa menjadi motor penggerak dalam mewujudkan Generasi Emas 2045

Kesimpulan :

KEK pada remaja merupakan masalah serius yang berdampak panjang terhadap kuaitas sumber daya manusia Indonesia. Data Riskesdas dan berbagai penelitian mnunjukkan bahwa KEK berhubungan dengan gangguan pertumbuhan, penurunan prestasi akademik, risiko kesehatan reproduksi, dan rendahnya produktivitas. Maka diperlukan upaya pencegahan dini untuk mencetak generasi sehat, cerdas, dan produktif menuju Indonesia Emas 2045  

Referensi :

  • Hidayati, A., Prastia, T. N., & Anggraini, S. (2023). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada remaja putri di SMPN 01 Pagedangan Tahun 2021. PROMOTOR: Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 6(2), 104–107. https://doi.org/10.32832/pro.v6i2.207
  • Khayatunnisa, T., Sari, H. P., & Farida. (2021). Hubungan antara Kurang Energi Kronis (KEK) dengan kejadian anemia, penyakit infeksi, dan daya konsentrasi pada remaja putri. J.Gipas (Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman), 5(1), 46. https://doi.org/10.20884/1.jgipas.2021.5.1.3263
  • Sari, N. P., & Khatimah, H. (2024). Tinjauan hubungan antara kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan asupan zat gizi dengan kekurangan energi kronis pada siswi SMAN 18 Makassar. Media Kesehatan, 19(1), 35–42. https://doi.org/10.32382/medkes.v19i1.453
  • Badan Litbangkes(2018). Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan RI
  • WHO.(2020). Adolescent nutrition : A review of global evidence. Geneva: Word Health Organization 
  • UNICEF.(2021) The State of the World Children : Adolescent, Food and Nutrition

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun