Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - The Truth Will Set You Free

Write what I feel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Kamu Menganggap Mustahil Bahwa Allah Membangkitkan Orang Mati?

15 April 2022   08:53 Diperbarui: 17 April 2022   14:34 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Istockphoto

Paulus menyampaikan pembelaan dirinya kepada raja Agripa di Kaisarea. Paulus merasa senang karena dia dapat memberikan pembelaan atas segala tuduhan yang ditujukan oleh tua-tua Yahudi kepadanya. Ia telah dua tahun dalam penjara di Kaisarea.

Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 59 M atau sekitar delapan belas tahun setelah pertobatannya. Paulus, yang sebelumnya bernama Saulus, adalah seorang anggota Sanherdin atau mahkamah agama. Sebuah posisi yang terhormat. Anggota Sanherdin merupakan gabungan dari para imam agung, para penatua, orang-orang farisi (ahli kitab suci)

Paulus sendiri adalah orang farisi dari keturunan suku Benyamin, murid dari Gamaliel seorang ahli kitab suci termasyur pada zamannya. Paulus hidup dalam spotlight bangsanya. Sejak muda dia hidup menurut mazhab paling keras dalam agama Yahudi. Ia hidup dalam pengharapan kegenapan janji Allah bagi Israel yaitu Mesias.

Ketika menjabat sebagai anggota Sanherdin, Paulus sangat membenci orang-orang Kristen yang ajarannya sudah menyebar ke Yerusalem. Dia membantah jika Yesus Kristus yang mati tersalib oleh tentara Romawi itu adalah Mesias yang dijanjikan.

Paulus dalam kemarahan yang meluap-luap menghadap Imam Besar. Ia meminta surat perintah agar menangkap dan  membawa orang-orang yang mengikuti ajaran Yesus ke Yerusalem.

Dalam perjalanan menuju Damsyik (sekarang Damaskus, Siria) inilah,  Paulus bertemu dengan Yesus Kristus dalam wujud cahaya yang terang benderang. Dalam keadaan itu, Paulus mendengar suara bahwa dia adalah alat yang akan dipakai untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa. Sejak itulah Paulus berubah drastis dari penganiaya menjadi pemberita injil yang radikal.

Paulus dalam pengajaran maupun tulisan-tulisannya dengan tegas mengatakan bahwa peristiwa penyaliban dan kebangkitan Kristus dari antara orang mati adalah inti injil yang dia beritakan. Paulus rela meninggalkan jabatan dan kenyamanannya sebagai anggota Sanherdin dan hidup untuk memberitakan kabar baik itu.

Kematian Yesus menurut Paulus adalah kegenapan dari nubuat nabi-nabi yang ia pelajari bertahun-tahun lamanya. Tetapi seperti kesaksiannya sendiri, ketika hati seseorang belum berbalik kepada Tuhan, maka seperti ada selaput yang menutupi matanya sehingga dia tidak melihat kebenaran yang sesungguhnya dari ayat-ayat kitab suci itu.

Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca   perjanjian lama   itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya (2 Korintus 3:14-16)

Nabi Yesaya bernubuat tujuh ratus tahun sebelum peristiwa penyaliban Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun