Mohon tunggu...
Ayu Martaning Yogi A
Ayu Martaning Yogi A Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary girl

Menyukai Dunia Literasi, Tertarik pada Topik Ekonomi, Sosial, Budaya, serta Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Celah Kebaikan di Antara Sampah Plastik yang Berserakan

12 Agustus 2022   21:21 Diperbarui: 13 Agustus 2022   21:43 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah plastik mencemari lingkungan (Sumber: shutterstock)

Plastik menjadi salah satu sumber keresahan yang masih dirasakan di era digital. Kemudahan membeli barang secara online menyisakan bungkus plastik atau bubble wrap yang menumpuk. 

Demikian pula ketika memesan makanan atau minuman secara online, pada akhirnya menambah sampah plastik dari kemasan makanan dan minuman tersebut.

Permasalahan plastik mungkin terlihat sepele, namun fakta menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga negara penghasil sampah plastik terbesar. 

Dilansir melalui laman indonesia.go.id, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta ton pada tahun 2020 atau sekitar 185.753 ton sampah plastik setiap harinya. Jumlah fantastis yang perlu mendapat perhatian untuk mengatasinya.

Menoleh puluhan tahun ke belakang, kita akan menemukan fakta bahwa fungsi plastik telah mengalami perubahan dan pergeseran yang signifikan. Kantong plastik pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh Sten Gustaf Thulin yang merupakan ilmuwan asal Swedia. 

Dilansir dari laman bbc.com, tujuan utama diciptakannya kantong plastik adalah menyelamatkan bumi karena penggunaan kantong kertas mengancam kelestarian alam. Plastik dibuat agar dapat dimanfaatkan berkali-kali.

Seiring berjalannya waktu, kantong plastik justru berpotensi merusak lingkungan. Praktis dan murahnya kantong plastik justru membuat orang menggunakannya untuk sekali pemakaian dan membiarkannya menumpuk menjadi sampah. 

Diet kantong plastik sudah dilakukan, namun berbagai produk tetap menjadikan plastik sebagai bahan dasar untuk kemasan. Sampah berupa botol dan kemasan plastik tetap tidak dapat dihindarkan.

Plastik yang semula diupayakan menjadi solusi justru menjadi masalah yang butuh dicari solusinya. Ekspektasi penciptaan plastik untuk menyelamatkan bumi, berbalik menjadi sesuatu yang mengancam bumi. Meskipun demikian, keberadaan plastik tetap memiliki celah kebaikan dan berpotensi menggerakkan roda perekonomian. Tugas kita adalah melangkah dan menelaah kebaikan yang bisa dilakukan di antara sampah plastik yang menjadi ancaman.

Simbiosis Mutualisme di Tengah Sampah Plastik

Perubahan memang tidak dapat dihindari, seperti perubahan pada fungsi plastik. Di tengah perubahan itu bukan berarti kita tak dapat berbuat baik. Melalui sampah plastik yang ada di sekitar kita, kebaikan dapat diciptakan.

Bagi sebagian orang termasuk saya pribadi, kemasan plastik seperti botol bekas minuman atau kemasan makanan hanyalah sampah. 

Namun, bagi sebagian lainnya kemasan plastik bekas adalah kehidupan. Bagi para pemulung sampah adalah berkah karena dari sampah mereka mendapat pundi-pundi rupiah.

Berawal dari rasa risih ketika melihat botol-botol plastik bekas berserakan di sekitar rumah, saya berinisiatif mengumpulkannya dalam sebuah karung plastik besar. 

Karung itu saya biarkan di belakang rumah dan menjadi tempat saya membuang botol dan kemasan plastik. Tanpa saya sadari sebelumnya, ternyata karung tersebut adalah sebuah karung kebahagiaan.

Sampah Plastik yang Sudah Dikumpulkan, Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Sampah Plastik yang Sudah Dikumpulkan, Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Pada suatu pagi tanpa disengaja, saya melihat sepasang kakek dan nenek sedang memilah sampah di lingkungan sekitar rumah. 

Sedikit merasa ragu, saya kemudian menghampiri keduanya. Tujuannya adalah menawarkan karung berisi botol dan kemasan plastik bekas. Ternyata mereka mau menerimanya. Rasa bahagia berbinar dari senyum sumringah pasangan kakek nenek itu ketika menerima karung besar yang saya anggap sampah.

Kejadian itu mengingatkan saya mengenai sebuah simbiosis mutualisme. Saya yang merasa risih dengan sampah plastik berserakan hanya sekadar mengumpulkannya dan membiarkannya teronggok begitu saja. Terlihat sepele, namun ternyata seonggok kumpulan sampah itu meringankan pekerjaan pemulung. Melalui sampah yang sudah terpilah-pilah, pemulung tidak perlu mengorek tempat sampah. 

Secara personal, saya pun terbantu karena seonggok karung berisi sampah plastik bisa diangkat dari lingkungan rumah, bahkan memiliki nilai manfaat bagi orang lain.

Saya pun belajar untuk tidak begitu saja membuang sampah plastik. Dimulai dari lingkungan rumah dan sekitarnya, sepanjang saya melihat sampah pastik maka tidak segan saya mengambil dan mengumpulkannya. 

Tidak butuh banyak usaha namun banyak manfaatnya bagi lingkungan dan orang yang membutuhkan. Tanpa disangka, berbuat baik dapat dilakukan dari hal kecil termasuk melalui plastik.

Rantai Nilai Ekonomi dalam Sampah Plastik

Sampah plastik dapat menjadi berkah apabila dikelola dengan tepat. Seringkali dianggap sampah ternyata memiliki nilai ekonomi. Bagi para pemulung dan pengepul, sampah justru menjadi sumber kehidupan.

Sampah botol-botol plastik adalah incaran para pemulung, terutama berjenis plastik PET (Polietilena Tereftalat). Hal tersebut dikarenakan plastik PET dapat didaur ulang menjadi biji plastik yang kemudian menjadi bahan dasar dakron, geotekstil, serta pakaian. 

Bahkan, olahan PET menjadi salah satu komoditi ekspor Indonesia. Ketersediaan bahan daur ulang PET relatif terbatas, oleh karena itu kemasan plastik berjenis PET banyak dicari oleh pemulung.

Mengais Rejeki di Sela-Sela Sampah Plastik, Sumber: Liputan6.com
Mengais Rejeki di Sela-Sela Sampah Plastik, Sumber: Liputan6.com

Sekilas terlihat bahwa sampah plastik merangkai sebuah rantai yang menggerakkan roda perekonomian banyak pihak. 

Pemulung mendapatkan uang dari pengepul atau bank sampah tempat ia menyetorkan sampah. Pengepul maupun pengelola bank sampah memilah dan memisahkan sampah berdasarkan jenis atau spesifikasinya untuk selanjutnya didaur ulang sendiri atau dijual kembali ke pihak yang membutuhkan material tersebut. Hasil daur ulang tentunya memberikan manfaat ekonomi bagi produsennya, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Sampah Plastik sebagai Wadah Berbuat Baik

Beragam cara dapat dilakukan untuk melakukan suatu kebaikan. Langkah untuk melakukan kebaikan tidak harus mahal, cukup dengan mengumpulkan kemasan plastik seusai kita gunakan. Kumpulan plastik bekas itu bisa menjadi ladang sedekah bagi kita, serta sumber kebahagiaan bagi para pemulung yang menerimanya.

Fungsi plastik memang telah berubah dan mengalami pergeseran. Bermula agar dapat digunakan berkali-kali untuk mengurangi penggunaan kertas, justru akhirnya menjadi boomerang. 

Plastik dianggap sebagai bahan praktis yang dapat dibuat untuk berbagai jenis kemasan, serta mampu melindungi produk dari kerusakan. Hasilnya, justru bekas kemasan berbahan plastik itu mencemari lingkungan. Meskipun berada di tengah-tengah dilema akibat sampah plastik, tetap ada ruang berbuat baik melalui plastik.

Langkah baik melalui plastik dapat dimulai dengan mengumpulkan sampah plastik di sekitar kita. Kebiasaan tersebut merupakan salah satu solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. 

Sampah plastik yang dibiarkan berceceran dapat menyumbat perairan serta mencemari tanah karena tidak dapat terurai dalam waktu singkat. 

Demikian pula apabila menumpuk di tempat pembuangan akhir, sampah plastik hanya akan menggunung merusak pemandangan sekitar.

Satu orang memulai langkah untuk mengumpulkan sampah plastik memang tidak berdampak signifikan. Tetapi, apabila ratusan juta penduduk Indonesia melangkah bersama tentu hasilnya luar biasa. 

Pencemaran lingkungan akibat plastik dapat berkurang, serta turut meringankan pekerjaan para pemulung dan pengepul sampah. Secara tidak langsung, langkah tersebut turut menggerakkan roda perekonomian. Jadi, tidak ada salahnya mencari celah untuk berbuat baik meskipun berawal dari sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun