"Semua anak HEBAT. Semua anak BAIK. Tetapi makanan ber-MSG , game rolbox, game Mobil Legend, dan sebagainya, yang telah merusak otak serta karakter anak-anak kita, " ujar Ibu Wilda dengan nada prihatin. "Selain itu, orang tua ataupun guru tidak menjadi teladan bagi anak-anak!"Â
Hadirin tercenung. Benar. Terkadang di sekolah, anak-anak diajarkan sholat dan mengaji. Namun ketika di rumah, anak-anak melihat orang tuanya tak mengerjakan kedua hal ini.
Mengapa gadjet dapat merusak karakter anak?
Generasi yang lahir jelang era digital seperti sekarang, memang sulit dipisahkan dari jangkauan gadjet. Apalagi orang tua, kakak mereka, teman mereka, menjadi lingkungan yang sangat dekat untuk bisa menyentuh gadjet dengan mudah. Harganya pun bisa sangat ramah dengan kantong. Berbagai aplikasi menarik, bisa di-install dengan mudah. Dan jaringan internet sudah masuk sampai ke desa-desa.Â
Bagi orang-orang yang menggunakan gadget secara bertanggung jawab dan sesuai kebutuhan, mungkin tidak mendatangkan masalah. Meskipun masih ada risiko terpapar radiasi dan sebagainya. Tetapi di tangan anak-anak kecil serta di bawah umur, keberadaan gadjet bisa membawa dampak negatif seperti yang sudah banyak diketahui.
Ibu Wilda memberikan 3 tips saat anak mulai melancarkan aksinya meminta gadjet di tempat umum saat orang tua berhadapan dengan tamu, misalnya.
1. Abaikan rengekan atau tangisan anak. Bahkan saat anak merayu dengan memeluk atau mencium, orang tua tidak boleh luluh
2. Bicarakan pola asuh ini kepada suami dengan singkat dan jelas, tidak bertele-tele
3. Ayah dan Bunda harus seiya sekata agar anak tidak mengalami kebingunganÂ
KesimpulanÂ
Tidak ada anak hebat, tetapi orang tuanya tidak hebat. Anak HEBAT, pasti karena orang tuanya HEBAT.Â
Orang tua adalah mitra bagi sekolah dalam membentuk karakter anak hebat. Jangan perdengarkan kata-kata kasar dan cacian kepada anak-anak. Ciptakan suasana hangat dan penuh kasih sayang di rumah. Anak-anak selalu merindukan sentuhan dan pelukan kedua orang tuanya dalam pertumbuhan mentalnya.