Pertama, aku harus selalu menjaga mimik wajahku jangan sampai terlihat sedih. Seburuk apapun perkembangan tentang sakitnya, biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu. Kak Miranda harus semangat berjuang melawan sel kanker yang bergerak sangat cepat.
Kedua, aku harus memberi alasan logis mengapa dia harus dicukur. Satu-satunya yang dia takutkan jika Adrian datang, penampilanya menjadi amat buruk. Dia takut tak cantik lagi di hadapan tunangannya.
*
"Dia adalah mantan tunanganmu, Kak. Dia sudah meninggalkanmu dan memilih gadis lain..." seperti tercekat, kalimat itu tak keluar dari bibirku.
Aku tidak boleh menghancurkan hati pesakitan seperti Kak Miranda. Biarlah dia mengira semua itu masih ada, masih menjadi cinta yang paling berarti dalam hidupnya.
"Amara, ada apa, kenapa wajahmu tegang?"Â
Aku terkaget, lalu melihat ke arah cermin.Â
Aku sudah lupa menjaga mimikku, padahal Kak Miranda menjadi sangat peka sejak sakitnya bertambah parah.
"Oh, aku tegang karena aku harus mencukur rambut kakakku sendiri. Mungkin aku ingin ke toilet," kataku mencoba tersenyum.
"O, begitu.Â
Sebenarnya kau tak perlu gugup. Aku sudah lama tahu kalau penderita kanker kepalanya pasti botak, ya kan?
*