Waktu berjalan hampir setahun lamanya. Selama itu pula pelaku pencurian yang sedang dihimpit ekonomi, belum dapat mengganti jumlah rupiah yang diberikan suami. Sampai akhirnya tuan rumah mendengar dari orang lain dan menjadi berang.
Awalnya, tuan rumah menelepon untuk memberitahu kedatangannya ke lokasi karena pembangunan tahap kedua akan segera dilakukan oleh pihak lain. Suami setuju untuk bertemu di hari kamis.
Baru memasuki hari selasa, tuan rumah menelepon lagi pada saat suami belum pulang dari bekerja. Kepada saya dia menerangkan beberapa jam lagi akan tiba di lokasi dan meminta peralatan seperti: terpal, selang air, kabel listrik dan mesin air disiapkan segera.
Saya pun menghubungi suami untuk memberitahu. Tentu saja suami merasa tidak senang karena Pak Ibrahim melanggar kesepakatan mereka dan melibatkan saya dalam urusan ini.
Saya katakan kepada suami bahwa saya sudah sampaikan penolakan. Saya keberatan untuk mengantarkan barang-barang tersebut karena cuaca sedang hujan deras dan sedang bersiap makan bersama anak-anak di rumah.
Sore itu, Pak Ibrahim menelepon untuk kedua kalinya dan berusaha mendesak agar saya menceritakan kasus pencurian mesin air yang dia dengar.
Awalnya, saya katakan bahwa kejadian itu memang benar. Tujuan suami tidak melapor pada tuan rumah, karena suami mengambil alih tanggung jawab untuk mengganti dengan jenis dan merk yang sama seperti pembelian sebelumnya yang juga dipercayakan kepada suami.
Tuan rumah merasa tidak senang dan terus bertanya, kenapa hal ini dirahasiakan darinya?
Saya pun kehilangan kontrol. Nada suara saya seketika meninggi.Â
Sebab sebelumnya saya sudah mengatakan bahwa suami menyanggupi besok pagi akan mengantarlan barang tersebut, sekarang suami sedang bekerja.
Saya juga mengatakan saat ini sedang hujan deras dan anak-anak sedang menunggu untuk makan bersama.