Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ini Cara Saya Menenangkan Diri Saat Pandemi

10 Juli 2021   19:17 Diperbarui: 10 Juli 2021   21:16 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pandemi berujung kecemasan: asset.kompas.com

Berbagai berita duka akhir-akhir ini, apalagi bila menimpa orang terdekat, sedikit banyak pasti mempengaruhi kesehatan mental. Rasa takut, asumsi negatif, hingga terbersit ingin lari sejauh mungkin.

Ternyata masalah yang ada di luar diri, dapat membentuk cara berpikir baru. Skeptis, pesimis dan konyol. 

Seperti yang diberitakan metro.sindonews.com Wanita Muda Lompat dari Lantai 3 Rumahnya karena Stres Terkena Corona Akhirnya Meninggal. Seorang wanita berusia 23 tahun di Tambora, Jakarta, yang didiagnosa positip covid 19, nekad mengakhiri hidupnya. Ia loncat dari lantai tiga rumahnya pada sabtu 19 Juni 2021.

Ada pula seorang lelaki di Pangandaran yang ditemukan oleh tetangganya tewas gantung diri di kusen pintu rumahnya. Diduga ia stres setelah mendapat kabar ayahnya meninggal karena covid 19. Selengkapnya dalam Ayah Meninggal karena Covid-19, Pria Ini Ditemukan Tewas Gantung Diri saat Isolasi Mandiri

Lebih parah lagi, seorang dokter di India, Vivek Rei memutuskan gantung diri di kipas angin rumahnya. Dari surat yang ditinggalkan, diduga ia merasa tertekan setelah menangani kasus covid 19 hampir sebulan lamanya. Padahal istrinya sedang hamil dua bulan. Selengkapnya klik Dokter Muda India Bunuh Diri karena Frustasi Tangani Pasien Covid 19

Kecemasan secara berlebihan seperti ini sungguh sangat disayangkan. Betapa kita pernah mendengar kalimat: 

selalu ada harapan dari kemungkinan terburuk sekalipun.

Artinya, mengatasi kecemasan menjadi hal krusial saat ini. Jangan sampai "ujian" yang ditimpakan, hanya akan berujung kematian sia-sia. 

Masih banyak tugas yang harus diselesaikan untuk memajukan negara tercinta. Masih banyak anggota keluarga dan sahabat yang membutuhkan keberadaan kita. Haruskah kita menyerah?

Dan inilah cara saya menenangkan diri saat pandemi:

1. Tidak berputus asa dari rahmat Allah swt

Sesuai petunjuk dalam al quran surat Az Zumar: 53

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

2. Berpikir bahwa Allah ingin menaikkan derajad kita

Musibah atau ujian yang menimpa orang beriman, sesungguhnya akan menaikkan derajad ketakwaan. Dengan catatan ia meyakini segalanya berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Al Baqarah: 155-156

3. Berpikir bahwa Allah rindu kedatangan hambaNya

Pandemi yang saat ini melanda dunia, adalah cara Allah swt agar manusia kembali dan mendekatkan diri padaNya. Allah rindu dengan segala rintihan doa yang disertai derai-derai air mata. 

Kapankah terakhir kali kita sujud di sepertiga malam, memohon ampun dan keselamatan?

4. Meyakini bahwa Allah sedang menunjukkan kekuasaanNya

Selama ini manusia sering merasa kuat, gagah, dan lupa hakikatnya manusia begitu lemah. Berjalan di muka bumi dengan dada dibusungkan. Sombong menjadi pakaian yang dibawa kemana-mana. Dengan keadaan sekarang, kita sadar tak mampu mengenyahkan dengan ilmu dan harta yang dimiliki. 

5. Meyakini bahwa Allah ingin manusia pandai bersyukur

Ternyata, dapat berkumpul dalam sebuah rapat warga, dapat mencari nafkah dengan berdagang, dan melakukan ibadah sholat berjamaah di masjid; adalah rahmat yang patut disyukuri.

Bukankah manusia banyak memberikan alasan untuk sering menghindarinya, dan selalu berkeluh-kesah atas rezeki yang didapatnya?

6. Menyadari hukum Allah berlaku secara tegas

Allah penuh kasih sayang terhadap makhluk ciptaanNya. Namun apa yang telah menjadi ketentuan dan syariat yang ditetapkan, semuanya bersifat mengikat. 

Manusia tak dapat lari darinya. Hanya bisa berpasrah dengan segala taat.

7. Introspeksi

Cukup panjang jalan yang sudah ditempuh. Hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Sekaranglah saatnya melakukan introspeksi. 

Sudah cukupkah menganggap Allah swt satu-satunya tempat bergantung, atau ada kekuatan lain yang lebih ditakuti?

8. Menerapkan protokol kesehatan, wajib adanya

Tidak kalah penting, mengerti bahwa penularan virus covid 19 melalui jalan pernafasan. Maka wajib menerapkan protokol kesehatan sebagaimana yang ditetapkan pemerintah.

Pada dasarnya, manusia memang lebih menyukai hidup yang enak, cara yang mudah, kesempatan yang terbuka lebar, dan kegembiraan yang bertubi-tubi.

Sebaliknya, hidup yang sulit, cara yang merepotkan, ketiadaan rahmat, kefakiran, dan kesedihan; sangat tidak disukai manusia.

Kehilangan keluarga, sahabat, teman, rekan, guru, murid; saat ini dianggap sangat memukul perasaan. Padahal, tanpa adanya pandemi, satu per satu dari kita pasti akan kembali kepada sang Pencipta. Jika waktu yang ditakdirkan saling berdekatan, apakah ada masalah?

Jika mereka menjadi penderita covid 19 lalu meninggal, apakah ada bedanya jika mereka meninggal karena penyakit lainnya seperti kanker, jantung, diabetes; atau karena kecelakaan maut? 

Adakah bedanya jika seseorang meninggal karena kecelakaan pesawat, atau karena terlindas truk?

Manusia sering menggunakan justifikasi dari olah pikir dan olah rasanya sendiri. Padahal semua itu mudah bagi Allah swt.

Kita ingat saat gempa dan tsunami terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011, korban tewas bersamaan juga sangat besar jumlahnya. Malah merusak dan memporak-porandakan semua fasilitas seperti jalan, rumah, perkantoran, hotel, gedung-gedung serta fasilitas penting lainnya. 

Pandemi covid yang menghampiri seluruh dunia saat ini, kiranya mencabut banyak nyawa, mengubah tatanan dan sendi fundamental lainnya. Menyebabkan kelaparan, kebingungan, kepanikan dan meningkatnya kemiskinan.

Manusia akan suka hati bila sawah ladangnya menghasilkan panen yang melimpah. Akan bersorak gembira saat hujan yang ditunggu, turun dengan lebatnya di tengah kekeringan musim kemarau. 

Warga masyarakat akan merasa sangat senang bila bantuan dari pemerintah berupa dana langsung tunai, diterima dalam jumlah cukup besar. 

Saya akan berseri-seri karena mendapat K-reward lebih banyak dari periode sebelumnya. Dan akan bermuka masam saat jumlahnya turun atau hilang sama sekali.

Itu adalah sifat manusia. 

Sedangkan Allah swt dengan segala qudrat (kuasa) dan iradat (kehendak) Nya dapat menciptakan matahari terbit dari timur, dapat menciptakan nyamuk, dapat pula menciptakan pandemi seperti yang sedang kita alami ini. Ada masalah?

Hal-hal ini yang saya renungi, saat muncul berbagai pertanyaan dalam benak saya: 

  • Mengapa pedagang kecil ikut terdampak?
  • Mengapa sholat berjamaah dan ibadah haji juga terdampak?
  • Mengapa virus yang sangat kecil mampu menggegerkan dunia?
  • Kemanakah rahmat dan kasih sayang Allah saat ini?
  • Yang manakah petunjuk jalan yang lurus?

Setelah pandemi berlangsung lebih dari setahun, akhirnya inilah kesadaran dan kesimpulan yang saya miliki. Dengan pemahaman ini, alhamdulillah saya menjadi lebih tenang.

Semoga siapapun yang tengah dalam kemelut ini, Allah swt limpahkan kesabaran dan kekuatan.

Walau sulit, semoga kita ikhlas menjalani. Terus berdoa dan mendekatkan diri padaNya. Memperbaiki sifat dan sikap yang salah selama ini.

Salam sehat untuk kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun