Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dijodohkan, Siapa Takut!

23 Mei 2021   08:08 Diperbarui: 23 Mei 2021   08:27 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan pengamatan saya, sesuai beberapa pengalaman orang di sekitar, ada hal yang membedakan karakteristik kedua pernikahan ini, yaitu:

1. Menikah karena cinta, didasari perasaan yang meletup dan bergejolak. Keputusan menikah diambil secara spontan tanpa menimbang lebih jauh.

Pernikahan dengan jalan perjodohan, menggunakan naluri dan pengalaman orang tua untuk menilai calon menantu yang dianggap pantas.

2. Menikah karena cinta, saat mengalami badai rumah tangga, pihak keluarga dan orang tua merasa enggan untuk ikut campur/ terlibat.

Sementara, pernikahan dengan jalan perjodohan, saat mengalami konflik dan hambatan, kedua orang tua merasa bertanggung jawab menjadi penengah dan melakukan mediasi damai. Rumah tangga oun dapat diselamatkan.

3. Menikah karena cinta, saat sedang bertengkar dan emosi bisa bilang: saya menyesal memilih kamu, saya menyesal mencintai kamu!

Sementara pernikahan dari jalan perjodohan, masing-masing akan berusaha menjaga keutuhan dan tidak mengecewakan harapan kedua orang tua. Dengan kata lain, lebih berkomitmen, bukan?

Sahabat Pembaca, karib saya, Bayah, pernikahannya sudah berjalan 22 tahun. Keadaannya tampak baik-baik saja. Putri pertama mereka sudah 4 tahun bekerja, sejak lulus SMU. 

Bayah dan suaminya juga sudah lama punya rumah sendiri. Tiga anak lainnya masih sekolah. Meskipun suami Bayah hanya pekerja kasar atau buruh bangunan.

Apakah mereka pernah bertengkar? Ya, tentu saja. Bayah menuturkan, "bohong kalau tidak pernah ribut-ribut." 

Hanya saja, sang suami selalu bersikap mengalah dan cepat memperbaiki suasana. Selalu mengingat malu pada mertua dan juga ingat akan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun