Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan Sama Artinya Mengobati Diri Sendiri

13 Mei 2021   20:43 Diperbarui: 13 Mei 2021   20:55 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: cdn1-production-images-kly.akamaized.net

Terkadang orang-orang menyebut sebagai upaya menerima keadaan. Berdamai dengan keadaan.

Saya terkesan dengan prinsip seorang sahabat di masa belia kami. Saat itu saya bertanya, "mengapa engkau tidak menangis (setelah hal menyakitkan ini)?"

Sahabat tersebut menjawab, "saya hanya menunggu senin menjadi selasa, lalu selasa menjadi rabu. Semuanya akan hilang. Semuanya akan kembali normal. Kita hanya perlu waktu beberapa lama, seperti kita menunggu hujan reda..."

Percakapan ini sudah berlalu lebih dari 14 tahun. Saya tetap mengingatnya. Saya meniru cara dia untuk menghindari keterpurukan dan dendam. Bukankah di dunia ini tawa dan tangis datang silih berganti?

Dendam selalu menghancurkan

Perasaan dendam, selalu bermula dari perasaan minus. Merasa tersinggung dan terhina. Lalu tidak terima.


Di momen ini, manusia semakin mempertahankan "harga dirinya". Mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya. Tidak ingin diganggu gugat pihak lain.

Padahal, semakin nafsu amarah diturutkan, semakin setan berhasil menjerumuskan. Semakin membabi buta hingga melakukan dosa besar lainnya. Ujung-ujungnya rasa penyesalan lah yang timbul.

Contoh:

Dua orang bersaudara yang salah satunya merasa dipilih kasih. Ia tidak akan peenah ikhlas mencintai saudaranya. Dengan mudah akan timbul gesekan dan perselisihan.

Setelah bertahun-tahun, ia sampai lah pada puncaknya. Ia tidak dapat lagi menerima perlakuan tidak adil dari orang tua. Sekalipun ini hanya penilaian diri sendiri yang kurang berdasar dan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun