Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jembatan Kuning, Aku Mengenangmu

25 November 2020   05:05 Diperbarui: 25 November 2020   05:24 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lamanya, aku selalu menunda dan menimbang, akhirnya tak tahan juga.

Kerinduan akan sebuah Jembatan di kota kecil Palu, Sulawesi Tengah, terus membuncah dan membawaku untuk membagikannya.

Jembatan yang Istimewa

Jembatan ini dibangun pada masa kepemimpinan Gubernur Sulawesi Tengah, Aminuddin Ponulele pada periode 2001-2006 dan diresmikan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada 2006 silam.


Jembatan ini pada awalnya dikenal dengan nama Jembatan Ponulele. 

Namun, seiring berjalannya waktu dan berakhirnya masa jabatan Aminuddin Ponulele, jembatan ini kemudian disebut oleh masyarakat di Palu, sebagai Jembatan Palu IV.

Selain menjadi ikon masyarakat setempat, jembatan ini juga menjadi primadona dan kebanggaan tersendiri bagi seluruh masyarakat Sulawesi Tengah. 

Keberadaannya banyak menarik wisatawan serta warga kota Palu dan sekitarnya, untuk menikmati tiga titik keindahan sekaligus: bukit, lembah dan laut, serta untuk berselfi ria untuk dibagikan pula di laman medsos.

Posisi yang strategis

Foto: 3.bp.blogspot.com
Foto: 3.bp.blogspot.com

Jembatan sepanjang 300 meter ini, berada di atas Teluk Talisse, membentang tepat di atas muara sungai di Jl. Rono, kelurahan kampung Lere, kecamatan Palu Barat dan Jl. Raja Moili, kelurahan Besusu, kecamatan Palu Timur.

Jembatan yang juga dapat menghubungkan kota Palu dengan kabupaten Donggala ini, memiliki ciri khas warna kuning dengan dua Lengkungan. 

Konstruksi jembatan ini dinamakan konstruksi cable stayed single plane With box girder.

Sudut Pandang yang Memukau

Keberadaan Jembatan Palu IV menambah indahnya pemandangan teluk Palu di malam hari. 

Saat berada di atas jembatan dan pesawat melintas di udara, suasananya begitu menyenangkan. 

Ditambah lagi dari atas jembatan terlihat jelas gambaran teluk yang ditandai dengan sinar-sinar lampu penerang. Lampu-lampu perahu nelayan bergerak-gerak di tengah teluk  dihempas gelombang, terlihat begitu indah.

Jembatan itu tinggal kenangan

Segala yang ada di dunia mempunyai sifat fana. Mungkin itulah sebabnya, sebuah jembatan yang dibangun kuat dan tampak indah sekalipun, akhirnya hanya menjadi kenangan.

Jembatan Palu IV, ikut ambruk saat terjadi gempa berkekuatan 7,4 Mw, diikuti dengan tsunami yang menerjang pantai barat pulau Sulawesi bagian utara menerjang pada Jumat petang 28 September 2018, mengikuti beberapa titik wilayah yang ikut terdampak.

Kutinggalkan kota Palu, tiga bulan sebelum terjadi gempa

Foto: imgx.gridoto.com
Foto: imgx.gridoto.com

Kota Palu bukan tempat yang asing bagiku. 

Pada tahun 2000, aku datang ke kota berjuluk Mutiara Khatulistiwa ini, dan pulang ke kampung halaman, setahun kemudian.

Empat tahun berikutnya, aku bertualang lagi di kota kecil Toli-toli, Sulawesi Tengah, dan bertemu pendamping asal kota Palu.

Alhasil entah sudah berapa kali aku bolak-balik Samarinda-Palu, antara orang tua dan mertua.

Yang terakhir, kami sempat dua tahun berada di kota berjuluk kota lima dimensi (karena lanskap alamnya meliputi: lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk) ini. Bahkan melahirkan si bungsu di sana.

Suatu hari kami menerima kabar bahwa ibunda jatuh sakit. Kami pun bertolak dari kota penghasil kayu hitam menuju kotaku Samarinda.

Tiga bulan kemudian, terjadilah musibah gempa dan tsunami yang menghancurkan sebagian besar wilayah kota Palu tercinta. 

Sungguh tragis dan sedih kami melihat videonya .

Jembatan Kuning tinggal kenangan

Dua tahun berlalu. 

Namun kenangan tentang kota kecil yang tenang, panorama yang indah serta masyarakatnya yang hangat, masih saja menggantung di kepala.

Sayang seribu sayang, jembatan Kuning yang menggetarkan hati saat kami akan melintas menuju pemandian taman Ria, bahkan jaraknya belum cukup dekat, sekarang tinggal kenangan dalam beberapa foto saja.

Jembatan Kuning, aku mengenangmu...

*untuk Kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun