Masa pandemi meninggalkan banyak cerita., salah satunya dalam dunia Pendidikan. Dan sesuai aturan pemerintah, pada masa ini sistem belajar bukan lagi di sekolah, tetapi di rumah.
Tepat, jika Anda menyebutkan belajar online. Dimana pihak pendidik seakan mendapat ruang untuk menggantungkan kapur tulisnya, digantikan ketekunan para murid dan kemampuan orang tua di rumah.Â
Ini sama artinya, prestasi belajar online akan berbanding lurus dengan keaktifan dan gercep murid itu sendiri, tanpa peran aktif pendidik yang biasanya berdiri tegak di depan kelas sambil melantangkan suara memberikan pengajaran bab per bab, dan contoh per contoh.
Itu saja, sudah membuat saya sebagai orang tua murid "cemburu". Betapa tidak, berapapun tugas yang diberikan seorang guru dalam sistem belajar daring ini, menjadi kewajiban seluruh murid untuk menuntaskannya sampai akhir, dengan jawaban terbaik serta prakarya seni terindah, jika menginginkan nilai maksimal.
Dua hal ini yang kerap mengusik kesabaran.Â
Saya pribadi berharap pandemi segera berakhir dan sekolah dengan tatap muka seperti dulu, bisa dimulai lagi seperti sedia kala.
Tujuh bulan lamanya pandemi covid 19 berlangsung, cukup untuk memengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat dunia termasuk Indonesia, mengubah banyak kebiasaan termasuk dalam belajar-mengajar.
Awalnya, seorang guru kelas anak saya nomor dua, yang masih kelas empat Sekolah Dasar, beberapa kali mencoret jawaban dari soal Matematika, sebagai jawaban salah.Â
Tentu saja  situasi ini mengganjal hati para emak yang notabene sebagai guru pengganti di rumah. Batal sudah mencapai angka sempurna dalam buku nilai murid.
Apakah kami melayangkan protes? Tentu saja iya.