Mohon tunggu...
Ayom Budiprabowo
Ayom Budiprabowo Mohon Tunggu... Bersyukur dan berpikir positif

Alumni Undip, IKIP Bandung dan STIAMI. Pernah bekerja di SPP Negeri Ladong, Universitas Abulyatama Aceh dan Pemda Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keistimewaan Ikan Pindang

20 Februari 2021   22:13 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:22 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Pemindangan ikan tongkol (3 kg), lemuru (10 kg), bandeng (7 kg) di sentra pengolahan ikan pindang Bantargadung (dokpri)

Ikan merupakan bahan pangan yang bersifat perishable atau  lekas busuk sehingga perlu penanganan yang baik dan benar agar tetap layak dikonsumsi saat berada di tangan konsumen. Seyogianya ikan segera ditangani agar tetap segar sesudah dipanen maupun saat baru ditangkap di atas kapal. Kesegaran ikan bisa dipertahankan dengan metoda pendinginan, seperti pemberian es hingga disimpan beku pada coldstorage.

Selain itu ada cara lain dalam penanganan ikan, yaitu dengan pengolahan sehingga hasil olahan bisa disimpan relatif lama sebelum nantinya dikonsumsi.

Salah satunya adalah ikan pindang yang umumnya dibuat dari ikan layang, selar, tembang, lemuru, kembung, tuna, cakalang, tongkol dan bandeng. Ikan diolah menggunakan bahan pengawet garam ditambah bumbu dan dikombinasikan dengan perebusan.

Fungsi perebusan atau pemanasan dengan penambahan garam adalah untuk membunuh mikroorganisme. Juga  membuat tekstur daging ikan lebih padat, cita rasanya lezat dan mengeluarkan aroma khas pindang yang mengundang selera makan.

Oleh karenanya ikan pindang disukai masyarakat dan menjadi makanan populer. Harganya relatif terjangkau dan bisa  dihidangkan dalam berbagai menu masakan. Tidak hanya itu, ikan pindang menjadi makanan istimewa dan bermanfaat luar biasa.  

Pakar biokimia pangan dan gizi Institut Pertanian Bogor, Prof  Dr Ir Made Astawan, MS mengatakan, bahwa ikan pindang mengandung protein yang tinggi, didalamnya terdapat berbagai jenis mineral, vitamin A dan asam omega-3 yang sangat berguna untuk menangkal berbagai penyakit degeneratif.

Tidak hanya itu, ikan pindang bisa dikonsumsi oleh berbagai kalangan terutama yang menjalani masa pertumbuhan, meningkatkan metabolisme,  memperbaiki  kualitas penglihatan,  menjaga kesehatan otak dan meningkatkan imunitas tubuh.

Kelebihan ikan pindang dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak karena rasanya tidak terlalu asin sehingga asupan protein relatif banyak. Cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian dan meningkatkan AKI (Angka Konsumsi Ikan).

Sebagai gambaran AKI  Provinsi Jawa Barat hanya mencapai 30,53 kg/kapita (sumber: https://data.jabarprov.go.id). Angka ini masih jauh dari AKI nasional yang sudah mencapai angka 54,49 kg/kapita di tahun yang sama (Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan  Kementerian Kelautan dan Perikanan- PDSPKP KKP, 14/09/2020). 

Ikan pindang diproduksi oleh pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) secara tradisional dengan peralatan sederhana yang jumlahnya relatif banyak dibanding usaha pengolahan ikan lainnya. Meskipun demikian usaha pemindangan ikan menjadi tumpuan perekonomian bagi pelaku usaha UMK.  Makanya keberlangsungan usaha pemindangan ikan perlu dijaga, terutama kontinuitas ketersediaan bahan baku berupa ikan segar atau beku. Lebih-lebih lagi ketika konsumsi ikan pindang meningkat untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat maupun untuk menambah selera makan saat tiba bulan puasa.

Atas argumentasi tersebut ikan pindang menjadi komoditas strategis dalam penyediaan bahan pangan atau ketahanan pangan, disamping menjadi sumber nafkah bagi pelaku usaha UMK.

Menurut  Ditjen PDSPKP KKP (2019), sebaran industri pengolahan pindang skala UMK terpusat di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Lokasi unit pengolahan ikan (UPI)  terbanyak ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, Bali, Jakarta, dan Banten yang jumlahnya mencapai 96,20 persen atau 11.175 UPI dari total 11.616 UPI mikro kecil.

Khususnya  Kabupaten Sukabumi ada 1383 pemindang  tersebar di 11 kecamatan, diantaranya Kecamatan Palabuhanratu, Bantargadung, Ciemas dan Simpenan dengan jumlah produksi ikan pindang (cue) sebesar 12.555.000 kg/tahun atau 71,26 % dari total produksi pengolahan ikan sebesar 17.618.040 kg/tahun.

Adapun produksi pengolahan lainnya, yaitu pengeringan (759.600 kg/tahun), pelumatan ikan (1.180.800 kg/tahun), pengasapan (50.400 kg/tahun), pembekuan, ekstraksi, fermentasi dan olahan lain sebesar 3.072.240 kg/tahun  (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2020).

Karena jumlah pemindang ikan terbanyak berada di Kecamatan Bantargadung (1027 pemindang atau 74,3 %), maka  Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi membangun sentra pengolahan ikan pindang yang dilengkapi coldstorage di Bantargadung.  Tujuannya agar pemindangan ikan tidak tersebar di rumah masing-masing tapi dilakukan di sentra pengolahan. Sehingga memudahkan dalam pengendalian limbah, tersedianya bahan baku ikan dengan kualitas baik dan terbuka inovasi yang produktif.

Menurut  Pak Asep (08/02/2021), selaku pengelola sentra pengolahan, bahwa salah satu inovasinya adalah membuat ikan pindang higienis  yang dipasarkan dalam kemasan vacuum (hampa udara) agar efektif menjaga kualitas. Tahan hingga empat hari pada suhu kamar, sedangkan pada suhu dingin bisa mencapai dua bulan. Melalui inovasi semacam ini diharapkan pamor dan nilai gizi ikan pindang meningkat.

Untuk penyediaan bahan baku ikan di coldstorage, Pak Asep juga sebagai Ketua Poklahsar (kelompok pengolah dan pemasar) Pindang Barokah,  secara rutin membeli ikan beku dari Muara Baru Jakarta 2-3 kali per minggu sebanyak 7 ton ikan dalam sekali perjalanan. Ada kalanya beli ikan di Palabuhanratu kalau sedang "banjir ikan" atau musim ikan.

Saat pandemik covid-19 merebak, penjualan ikan di sentra pengolahan mengalami penurunan hingga 70 %,  artinya kegiatan pemindangan ikan berkurang drastis. Namun sekarang berangsur membaik walaupun masih mengalami penurunan  40 % dibanding sewaktu keadaan normal atau sebelum pandemi covid-19.

Juga sejak bulan desember 2020, harga ikan di Muara Baru mengalami kenaikan 20 % karena stok ikan terbatas sehingga hanya bisa beli 50 % dari permintaan atau kebutuhan pemindang.     

Saat ini jumlah pemindang yang beli ikan di sentra pengolahan mencapai lebih dari 100 orang, sedangkan yang masak di tempat sekitar sepuluh pemindang. Biasanya pemindang masak dua badeng selang dua hari sekali, yaitu satu hari masak, satu hari pemasaran. 

Pengolahan ikan pindang di sentra pengolahan menggunakan sistem perebusan dalam badeng, sekaligus sebagai wadah pemasarannya. Tiap badeng berisi 20-30 kg ikan yang disusun  berlapis-lapis dengan garam dan bumbu. Kemudian direbus dengan menggunakan kayu bakar selama 4-5 jam. Tapi apabila menggunakan gas cukup 3 jam.

Ikan pindang Kabupaten Sukabumi (Palabuhanratu dan Bantargadung) sudah lama sohor dan biasa dijadikan buah tangan saat kunjungan wisata ke lokasi tersebut. Juga banyak yang pindah usahanya ke berbagai kota, seperti Cianjur, Bogor, Bandung, Jakarta dan Cilacap untuk memudahkan mendapatkan bahan baku ikan dan untuk lebih mendekatkan pada konsumen. Walaupun lokasi usahanya pindah namun tetap membawa nama daerah asalnya.

Kemasyhuran ikan pindang Kabupaten Sukabumi diabadikan dalam pembuatan ikan pindang raksasa seberat 32,85 kilogram, panjang 1,52 meter dan lingkar dada 33 centimeter oleh pemindang asal Palabuhanratu untuk mencetak rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) pada perayaan Festival Hari Nelayan Ke 56 di Dermaga Palabuhanratu. Tamu undangan dan  pengunjung  sempat mencicipi pindang raksasa tersebut (detikNews,  06 April 2016).

Berharap ikan pindang sebagai bahan pangan warisan leluhur lebih berperan dalam upaya peningkatan konsumsi makan ikan. Mari kita kenalkan ikan pindang di lingkungan keluarga dan masyarakat luas sebagai makanan pilihan utama. Semakin banyak yang mengkonsumsi ikan pindang, maka berarti turut meningkatkan taraf perekonomian pelaku UMK.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun