Mohon tunggu...
Althea Ruiz
Althea Ruiz Mohon Tunggu... -

Masih proses memperbaiki diri, dan ingin berbagi kebaikan sekalipun dengan amat sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Hati Si Perokok Pasif

19 Mei 2017   05:22 Diperbarui: 19 Mei 2017   06:35 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : appsdirectories.com

Hai kamu penikmat rokok diluar sana..Apa kabar? saya yakin kamu memiliki kesehatan yang baik dan uang yang banyak karena masih terus menghisap rokok itu.

Bagaimana ? masih tetap merokok untuk membuang stress dan menghilangkan penat ? Masih ingin merokok agar keliatan lakik ? atau segelintir alasan apapun itu.

Tahukah kamu bahwa kami juga perokok? Perokok yang menghisap lebih banyak asap dari kalian, perokok yang resikonya lebih tinggi dari kalian. Ya, kami adalah perokok pasif.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki yang namanya hak dan kewajiban. Kamu memiliki hak untuk merokok dimanapun, namun kamu tentu tak boleh lupa bahwa kami juga mempunyai hak untuk menghirup udara bersih dan segar. Itulah sebabnya mengapa telah banyak disediakan ruang khusus untuk para perokok aktif yaitu “smoking area”  dan hal itu semata-mata untuk tetap menghargai hak masing-masing. Kami tidak ingin mengambil hak kamu untuk merokok bebas namun ingatlah bahwa kalian mempunyai kewajiban untuk tetap menyediakan kami ruang bebas untuk menikmati anugerah Tuhan , yaitu udara bersih. Kami juga adalah penghuni suatu tempat yang sudah nyaman untuk kami, yang kemudian kamu cemarkan kembali ruangan kami dengan rokokmu. Jika kamu tidak bisa memenuhi kewajibanmu maka jangan pernah meminta hakmu.

Tahukah kamu bahwa ada sebagian dari kami yang sudah meninggal karena menghirup asap rokomu ? tidakkah kamu berpikir bahwa banyak anak-anak yang melihatmu dan ingin mencontohmu ? pernahkah kamu berpikir bahwa banyak anak yang terlahir cacat disebabkan ibunya yang terlalu banyak menghisap asap rokok ? dimanakah kamu saat hal-hal itu terjadi ? Saat di fasilitas umum, kamu menyalakan rokok tanpa peduli orang-orang sekitar. Padahal mungkin kamu sudah tahu bahwa mereka akan menjadi korban selanjutnya. Apa kamu tak sadar ?

Sudah banyak upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah perokok aktif salah satunya adalah menaikkan harga rokok, asumsinya jika harga rokok naik akan membuat para perokok bisa mencari alternatif lain untuk menekan biaya pengeluaran membeli rokok. Namun apakah hal ini berhasil ? adakah niatan dalam hatimu untuk berhenti ? mungkin ada , namun niat itu tidak sebesar hasratmu untuk merokok. Jangankan harganya yang naik, penyakit-penyakit yang timbul karena rokok saja tidak pernah kamu hiraukan sekalipun penyakit-penyakit itu bukanlah penyakit yang ringan dan mudah disembuhkan.

Kami tidak meminta kamu untuk menghitung berapa uang yang kamu habiskan untuk merokok. Tidak, toh itu bukan urusan kami. Kami juga tidak peduli jika kalian terkena penyakit kanker, jantung dan sebagainya. Terdengar begitu jahat tapi inilah kenyataannya, kami tidak ingin mengganggu kamu dan begitu sebaliknya. Kami hanya ingin kamu menghargai hak kami yang bukan perokok seperti kami menghargai kamu yang bahkan memberikan ruang tersendiri untuk merokok. Kami peduli dengan diri kami dan kami peduli dengan generasi dibawah kami

Sampai kapan kamu akan sadar ? sampai ada orang-orang yg kamu sayang yg menjadi korban ? ataukah sampai kamu terkena penyakit ? sudah cukuplah melakukan pembenaran dengan mengatakan merokok atau tidak merokok pun akan mati, karena sesungguhnya semua manusia pasti akan mati, hanya dengan cara apa kamu memilih menghabiskan hidupmu, dalam keadaan sehat atau sakit. Because life is a choice !

Dalam agama telah diajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, jika kamu tidak bisa berbagi kebaikan paling tidak janganlah berbagi keburukan. Asap dari rokok yang kamu hisap jangan dikeluarkan, karena kamu saja enggan menghirup asap itu, apalagi kami!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun