Dari ruang dalam saya mendengar doa dan alunan lirih takbir mengiringi upacara penyembelihan terhadap hewan-hewan kurban tersebut.
Upacara singkat ini dilanjutkan dengan memotong-motong daging kurban untuk sebagian dibagi-bagikan dan sebagian lagi disantap bersama-sama. Rekan-rekan lain yang turut hadir dalam acara ini ada dari  PKBI DIY, anak-anak muda lintas iman ANBTI Yogyakarta, dan beberapa rekan dari jaringan lain turut larut dalam perayaan Idul Adha siang itu. Suasana sedikit ramai, semua jadi sibuk untuk ambil bagian mempersiapkan santapan sate domba; memotong dagingnya, membuat bumbu, dan menyiapkan tempat membakarnya berikut arang dan apinya. Setiap yang hadir 'berkurban' dengan ikhlas untuk menyelesaikan tugas dan peran masing-masing sehingga sate domba dapat dihidangkan dan disantap bersama-sama.
      Salah seorang tamu yang hadir, Ade, perpendapat bahwa setiap kegiatan punya makna. Kegiatan semacam ini, merayakan Idul Kurban bersama-sama dengan rekan-rekan lain dari berbagai latar belakang agama, etnis atau pun jender membangkitkan semangat kebersamaan.
"Bagi saya kegiatan semacam ini bukan hanya kegiatan seremonial. Artinya, saya percaya bahwa setiap kegiatan punya makna. Kegiatan semacam ini, kegiatan yang dihadiri teman-teman dari berbagai golongan, tidak hanya latar belakang agama tapi juga jender, itu bagi saya membangkitkan semangat kebersamaan. ", kata mahasiswa UIN jurusan Ekonomi Keuangan yang juga relawan ANBTI Yogyakarta.
Hak untuk beribadah adalah hak yang melekat pada setiap  manusia sejak kelahirannya tidak memandang manusia itu waria atau bukan. Dengan demikian, sebagai kelompok yang seringkali dipinggirkan dalam struktur sosial masyarakat, perayaan kurban  bagi kaum waria dalam satu komunitas memberikan dukungan moril dan spiritual. Apalagi dengan kehadiran rekan-rekan dari jaringan lain yang selama ini bersama-sama membantu perjuangan mereka untuk mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara dan juga sebagai manusia. Perayaan Idul Kurban yang sederhana ini memberi makna atas pengakuan keberadaan mereka sebagai bagian dari masyarakat.
Shinta Ratri memaknai perayaan Idul Kurban ini sebagai kesempatan untuk  melakukan tindakan berkorban dan berbagi bagi orang lain.
"Ya....pengorbanan dan berbagi.. dalam kesederhanaan komunitas waria ini kita masih bisa berbagi buat sesama.", ungkapnya singkat.
Meskipun sebagian (besar) masyarakat masih mengabaikan kehadiran kaum waria, mengabaikan hak-hak mereka, melekatkan mereka dengan berbagai stigma negatif yang tidak adil, Â namun mereka adalah bagian dari seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini, di negara ini. Mereka pun ingin melakukan tindakan-tindakan baik yang berguna bagi orang lain. Karenanya, mengabaikan keberadaan meraka dengan membatasi hak-haknya sebagai umat dan manusia adalah sama halnya menyobek bagian dari bangsa ini. Perayaan kurban adalah perayaan untuk berbagi bagi siapa pun yang mau menerima perbedaan dengan tulus ikhlas. Sebagaimana ketulusan dan keikhlasan ini telah diteladankan oleh Nabi Ibrahim ketika Allah menghendaki anaknya menjadi kurban silih. (at)
==0==