Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lika-liku Menjadi Pengajar di Universitas di UK

23 November 2017   00:49 Diperbarui: 23 November 2017   11:11 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: nrf.com

Menjadi mahasiswa PhD bukan hanya sibuk ngurusi tesis sendiri saja, tapi juga banyak kesempatan melakukan hal yang lain terkait dunia akademis, salah satunya jadi PTA (postgraduate teaching assistant) atau populer disebut asdos.

Di jurusan saya (geografi) banyak sekali lowongan untuk jadi asdos dan namanya asisten maka tugasnya juga cuma membantu mengajar anak-anak undergrad atau S1 dengan berbagai jenis tugas yang bisa kita pilih seperti marking assistant (ngasi nilai ujian), tutorial (bantu dosen mengajar kelas tertentu), workshop supporter (mimpin grup discussion pas workshop), field trip assistant (bantu ngajar pas studi lapangan), help desk support (semacam private tutorial), dll.

Saya sudah pernah jadi marking assistant dan kerjaannya lumayan berat. Di UK memberi nilai ke mahasiswa gak cuma ngasi ponten dalam lingkaran saja. Tapi kerjaannya mahasiswa harus dibaca dengan teliti. Kalau ujiannya cuma PG mah gampang ngasi nilainya dan itu biasanya gak butuh PTA, sedang PTA dibutuhkan untuk ujian esai, nah itu lah yang bikin kerjaannya lumayan berat. 

Ujian esai di sini harus dibaca setiap kalimat dan paragrafnya, memastikan bahwa yang di tulis masuk akal, sesuai dengan bacaan modul dan yang paling penting menjawab pertanyaan ujian. Kalau ada yang ngawur harus di-highlight mana-mana saja bagian yang ngaco, berikan komentar yang konstruktif dan tidak boleh menjatuhkan.

Kalau mahasiswanya cuma 10 orang si gak masalah, tapi mahasiswa 1 angkatan bisa 200-300 orang dan 1 PTA bisa kebagian 70 esai buat dinilai. Permasalahan utama adalah esai ini ditulis tangan, jadi kalau kebagian mahasiswa yang tulisan tangannya bagus sudah seperti dapet rejeki nomplok, karena mayoritas tulisannya mirip-mirip dengan ane hehehehe. Seacakadul apapun tulisan, kalau masih pakai bahasa ibu mah masih gampang bacanya (atau nebaknya?) Lha ini pake Bahasa inggris, OMG lah, sampai mata kriyep-kriyep ngerjainnya.

Saya pernah ngasi nilai 78 ke mahasiswa tapi sama dosennya dibilang ngaco karena mahasiswanya cuma bikin tulisan dalam Bahasa Inggris doank (meskipun untuk level IELTS mungkin mahasiswa tersebut bisa dapat skor 7.0 yang mana cukup tinggi untuk level IELTS), tapi dia sama sekali gak menjawab pertanyaan dan argumennya sama sekali bukan berasal dari bacaan untuk modul tersebut dengan kata lain esai tersebut ngawur alias gak jelas apa yang di tulis walaupun grammar lumayan OK jadi seharusnya cuma dapet 45. Ada juga mahasiswa saya kasi 48 tapi kata dosen argumennya bagus, sesuai bacaan, konsisten, walau gramatikal eror banyak jadi layak dapat 68.

Saya butuh 20 esai buat latihan ngasi nilai sebelum akhirnya opini saya bisa sama dengan dosen dan akhirnya dilepas untuk ngerjain sisa 50 dan bener-benar pekerjaan yang cukup melelahkan. Nilai esai di sini berkisar 0-100, tapi paling tinggi saya cuma ngasi 70-an dan mayoritas di kisaran 50-60-an. Standar nilai di kampus ini memang tinggi banget dan semua PTA dikasih panduan standar ngasi nilai. Dan dosen-dosen pun mengakui kalau PTA lebih kejam atau strict dalam hal memberi nilai tapi selama tidak ada yang gagal alias dibawah 40 ya masih OK lah. Walaupun saya banyak ngasi nilai 40-an tapi lebih banyak yang dikisaran 50-60-an jadi yah masih standarlah (gimana mau kasi lebih kalau emang layaknya dapet segitu).

Tapi alhamdulilah kerjaan marking ini sudah terlewati. Saat ini saya mengambil pekerjaan sebagai supporting workshop, dalam hal ini saya berinteraksi langsung sama mahasiswa. Ada 10 workshop yang harus dikerjakan dan sudah selesai 5, dari pengalaman ini saya menarik sebuah kesimpulan bahwa karakteristik mahasiswa di mana-mana sama baik di kampung halaman maupun UK (gak peduli orang Indonesia maupun bule) yaitu kalau dibiarin malah asik sendiri sama temen atau gadgetnya, kalau dideketin asdos baru mulai sibuk (atau pura2 sibuk?). Kalau ditanya, "Do you have any questions?' Jawabnya, "No problem", tapi kertas kerjanya kosong. Kalau mulai diskusi pada diem semua dan gak berani mulai kalau belum ditanya, ujug-ujug diskusi berubah jadi sesi tanya jawab. Rata-rata mahasiswa/i pada malu-malu kucing untuk mengekspresikan pendapat mereka. Yah, masih bisa saya maklumi karena mereka adalah mahasiswa tahun pertama (jadi inget dulu waktu masih tahun pertama hehehehe).

Intinya menjadi PTA itu sulit-sulit gampang. Setiap PTA harus mengambil workshop 1 hari penuh untuk mengetahui caranya mengajar dengan sistem pendidikan tinggi UK yang disebut LTHE (learning and teaching in higher education). Ada 2 level untuk workshop ini di mana level 2 memang dipersiapkan untuk mereka yang ingin berkarier di jalur akademis sebagai pengajar di universitas di UK sedang level 1 ya cukup untuk bisa jadi PTA saja.

Di LTHE, semua di ajarkan bagaimana caranya membuat mahasiswa berpikir kritis, bukan bagaimana cara ngajarin mahasiswa. Bahkan apabila ada mahasiswa yang bisa membuat pertanyaan yang sangat kritis sampai kita tidak bisa menjawab, itu menunjukan tujuan kita mengajar mereka telah tercapai. Tentu saja kita harus mencari tahu jawabannya dan memberikannya ke si penanya.

Dalam hal diskusi grup, tugas pengajar adalah memandu diskusi, bukan jadi pengoceh utama. Sangat mudah apabila mahasiswa di grup tersebut sangat aktif dan kritis, tapi susahnya minta ampun kalau semuanya pendiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun