Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Malam Bibir yang Kemarin

17 Mei 2025   16:10 Diperbarui: 17 Mei 2025   16:10 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Selamat Malam Bibir yang Kemarin. Foto oleh Gonzavespa150 (Gonzalo de Martorell) | Pixabay 

Perempuan itu tertawa. 

"Aku suka dengan lelaki yang terus terang. Kamu sendiri, bagaimana? Mau cerita?"

"Lelaki tidak bercerita."

"Ya. Tapi sesudah itu ingin tahu nomer WA." Kami berdua tertawa.

Dan aku memang tak perlu nomer WA untuk mendengar lebih keras suara gemuruh, bukan suara gemuruh dari ombak. Sedikit basah, bukan tersebab angin laut. Sedikit liar. Sedikit kurang ajar. Maksudku, aku yang kurang ajar.

Perempuan itu begitu tenang, seperti tak punya beban. Ringan. Lalu dengan ringan juga ia mengajakku ke tempat di mana ia menginap. Dan suara gemuruh telah berpindah. Lebih liar. Lebih kurang ajar. Sesudah itu?

Sesudah itu, "Lupakan semua. Anggap kita tak pernah bertemu," kata perempuan itu pagi hari, saat mengantarku di lobi hotel.

Aku seperti orang bodoh.

***

Mana mungkin aku bisa melupakannya. Sebuah senja, seorang perempuan, dan bibir yang bercerita. Lalu begitu ringannya berkata: Lupakan!

Aku malah mengingatnya. Ingatan itu menggumpal malam ini. Di sebuah ruang sebuah pesta perayaan aku melihat perempuan itu lagi. Ia bergandengan dengan seorang lelaki (yang harus kukatakan dengan rasa tak enak hati) lebih menarik dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun