Ditambah, produk-produk hiburan semacam film, lagu, gaya berbusana menggunakan idiom-idiom khas Jakarte. Dan para remaja rasanya kurang "gaul" kalau tak menjakartakan diri. Makanya remaja-remaja di daerah bila mengunjungi daerah lain, Jakarta adalah tempat pertama yang "wajib" dikunjungi.
Monas, Pasti. Tambahkan Ancol, Taman Mini, gedung-gedung yang menonjok langit sepanjang Jalan Thamrin - Sudirman.
Belum dihitung kereta comutter line, bus TransJakarta ("Perhentian berikutnya, Harmoni. Perhatikan barang bawaan Anda. Hati-hati melangkah!"). Heh, kamu sudah merasakan sensasi kereta bawah tanah?
Dan 22 Juni kemarin adalah hari ulang tahun ke-495 Kota Jakarta. Bukan kota kemarin sore. Ia telah melewati sejarah yang panjang sebagai pusat perdagangan dan pusat kekuasaan. Menjadi titik temu dan pusat lebur dari berbagai bangsa dan suku-suku di Indonesia. Dari bernama Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia (Betawi), dan kini Jakarta.
Ibu kota akan pindah? Nggak ngaruh. Jakarta masih tetap pusat putar segalanya.
Apalagi nanti di ibu kota baru akan ada bedol pegawai -- baik pemerintah maupun swasta -- dari Jakarta. Walaupun mereka datang dari berbagai suku di Indonesia, mereka akan membawa "kepongahan" sebagai anak Jakarte.
"Anda dari mana?"
"Dari Jakarte, Bang!"
***