Akhirnya Kakak dan Dedek -  aku menyebut kedua anakku  -  mau dibujuk tak akan ikut denganku. Seperti biasa, aku menggendong Kakak, membujuk dan menciumi pipinya.Â
"Tapi ke tempat Neneknya jangan lama-lama," rajuk Kakak.Â
"Nggak. Ayah kan cuma nengok Nenek yang sakit. Nanti kalau Nenek udah sembuh, Ayah balik lagi. Ayah kan harus kerja?" kataku.Â
"Tapi, tapi..., nanti habis dari rumah Nenek kita jalan-jalan."
"Ya."
"Beli martabak," celetuk Dedek, anak lelakiku.Â
"Ya, nanti beli yang banyak."
"Naik kereta-keretaan, naik balon," Dedek lagi.Â
"Ya, semuanya."
"Bunda?"
"Bunda juga nanti ikut. Ya kan, Bun?" aku memandang istriku.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!