Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adalah

22 November 2019   21:34 Diperbarui: 22 November 2019   21:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Adalah pagi 

bersekutu dengan embun, darinya belajar bagaimana menapaki hari dengan anggun

Adalah embun 

selalu ikhlas mengenal kehangatan matahari, tak meradang saat siang menjelang

Adalah siang

saatnya membaca keringat, dengan melantunkan doa-doa yang masih teringat, agar tak terkotori dari pikiran-pikiran yang sesat maupun ingatan-ingatan yang masih mampat

Adalah senja

tempat berpuisi menakar diri, dengan mendinginkan kepala membasuh hati

Adalah malam

merebahkan harapan-harapan kembali lelap, setelah sesiang tadi keinginan-keinginan menemui jalan buntu dan gelap 

Adalah kamu

sepanjang pagi hingga malam gulita, berjalan beriringan bersama, memaknai cinta yang sebenarnya 

***

Cilegon, November 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun