Cerita pertamaÂ
Hari ini aku tidak ingin berpuisi, biar engkau saja yang menulisnya. Aku ingin bercerita tentang sebuah kota, yang bersiap-siap merayakan kedatangan hujan, setelah sekian lama kemarau membuat cinta menjadi kering, juga tegur sapa hanya membuat  kata-kata menjadi asing
Ini sebuah kota; maaf, aku tidak ingin menyebut namanya, karena kini kata-kata yang memeluk tak mudah membuat hatimu takluk. Hingga bila tiba saatnya hujan, bisa membuat hanyut segala yang kalut
Persiapkanlah September, ini beranda tempat kedatangan hujan. Seberapa siap engkau menabur benih cintaÂ
Cerita keduaÂ
Ini bukan cerita tentang kota, hujan, atau tentang dirimu. Ini tentang September, aku dan diaÂ
Aku menyebutnya Perempuan September. Seorang perempuan yang mengajariku pertama kali malam-malam yang gemetar. Siluet tubuh yang membuat pikiranku lumpuhÂ
Ah, sudahlah. Izinkan ini menjadi rahasiaku saja
***
Cilegon, 2019Â