Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tentang Perempuan yang Mencuri Malam

8 Juli 2019   06:07 Diperbarui: 8 Juli 2019   06:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan ganggu dia, karena malam telah menjadi miliknya. Karena pada malamlah ia bisa menjadi ratu untuk dirinya. Hati dijadikan singgasananya. Pikirannya terbentang luas menjadi istananya

Dengan malam pula ia leluasa menumpahkan air matanya, setumpah-tumpahnya. Setelah lelah seharian melakoni drama soal kewajiban-kewajiban, percakapan-percakapan semu, dan persetubuhan yang hambar, karena dilakukan dengan cinta yang tak mengakar. "Cinta akan tumbuh dengan sendirinya," suara ibunya selalu mengejar. Itu membuatnya takut 

Takut menjadi dirinya sendiri 

Kalau bisa ia ingin berteriak sekencang-kencangnya bersampan di atas air matanya yang telah mendanau. Di saat itulah ia berpikir untuk menjadikan air matanya menjadi mata air 

Mata air kata-kata 

Layaknya pencuri budiman ia mencuri malam untuk menampung air mata, diolahnya jadi mata air kata-kata, dan dibagikannya kepada fakir kata, juga miskin cinta 

Kalau sudah begitu kalian tega untuk mengadilinya? 

Cilegon, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun